Tubuh Reynand bergerak, ia membuka matanya, hari sudah terang dan berarti sudah pagi, ia segera menegakkan badannya saat ia mengingat kejadian yang terjadi semalam. Mata Reynand segera tertuju pada lengan kiri dalamnya, ia terbelalak saat ia lihat baju bagian lengannya sobek dan anehnya tidak ada darah sama sekali, ia masih ingat benar jika pisau pria itu menggores pembuluh darah arterinya dan sangat yakin darah mengucur deras, dan tanpa pertolongan ia pasti sudah kehabisan darah dan meninggal. Tapi ia merasa badannya segar dan malah seperti sangat fit, ia memegang lengan kiri dalamnya dan benar benar tidak ada goresan sekecil apapun, kulitnya mulus tanpa goresan.
Reynand mengedarkan pandangannya dan melihat Kimberly tersungkur di sebelahnya.
"Ya Tuhan Kim...!" pekiknya, ia menggoyangkan tubuh Kimberly untuk menyadarkannya namun Kimberly tak bereaksi, samar samar ia ingat jika gadis itu menyobek bajunya dan mengucapkan sesuatu yang tak ia pahami. Ia masih ingat saat ada hawa hangat yang masuk melalui lengannya dan menyebar keseluruh tubuhnya.
Reynand mendengar derap langkah mendekat, ia lihat seorang pria paruh baya berjalan mendekat.
"Kim.... Wake up.." ucap mr. John yang sudah berlutut di samping tubuh Kimberly yang tergolek lemah. Mr. John memegang telapak tangan Kimberly dan memejamkan mata sejenak.
"Apa yang terjadi padanya?"
"Dia... Ini... " Reynand bingung harus menjawab apa.
"Dia harus segera diobati" jawab mr. John mengangkat tubuh Kimberly.
Reynand juga berdiri.
"Dia harus dibawa ke rumah sakit"
"Rumah sakit tidak akan mampu menyadarkan Kim" mr. John melangkah ke mobilnya yang tak jauh dari tempatnya saat ini.
"Tunggu.... Aku ikut"
"Ikuti saja mobilku" jawab mr. John terus melangkah menuju mobilnya dan memasukkan Kimberly ke jok belakang dan menjalankan mobilnya, Reynand juga masuk dalam mobilnya dan mengikuti mobil mr. John. Ia khawatir, takut terjadi sesuatu pada Kimberly, ia yang dulu hanya menebak Kimberly yang menyembuhkan pak Arsyad, kini ia mengalami sendiri, pembuluh darah arterinya yang sobek dan mengucur darah ia lihat tidak ada bekas luka sama sekali, seperti tidak pernah terjadi sesuatu padanya.
"Shiiitt.... " Reynand mengumpat dan memukul kemudi mobilnya, ia segera mengambil headset bluetooth dan meletakkan di telinganya, ia mendial nomor rumah sakit dimana ia berdinas dan ia mendadak izin untuk urusan penting yang tak bisa ia tinggalkan. Beberapa menit setelah ia mengakhiri sambungan teleponnya, ponselnya berbunyi, ia malah melupakan keluarganya.
"Halo Arina... "
"Kak Reyn dimana?, kenapa semalam tidak pulang, sekarang dimana?, jangan bilang kakak sudah dirumah sakit lagi"
"Maaf kan kakak Rin, kakak ada tugas luar kota mendadak jadi tidak sempat pulang dan memberitahu"
"Telepon kan bisa kak?"
"Iya iya maaf, mungkin kakak tidak akan bisa dihubungi beberapa hari"
"Kenapa?"
"Iya, kakak harus fokus Rin, tolong sampaikan salamku pada mama dan papa"
"Tapi kak, mama dan papa besok akan pergi tugas lagi"
"Apa?, tapi mereka belum seminggu di Jakarta masa mau pergi lagi"
"Yaaa, namanya tugas kak, mana bisa menolak."
"Ya Sudahlah, mau bagaimana lagi, kemana mama dan papa bertugas?"
"Ke Turki"
"Baiklah, katakan aku tidak bisa menemui mereka sebelum mereka berangkat, sampaikan permintaan maafku"
"Iya kak. Kakak hati hati"
"Oke, sampai jumpa" Reynand mengakhiri sambungan teleponnya dengan Arina, ia masih konsentrasi pada jalanan di depannya dan mengikuti mobil mr. John, 2 jam perjalanan mobil mr. John sampai di tepi hutan dan berhenti.
Reynand dengan tergesa keluar dari mobil mendekati mobil mr. John, mr. John sudah membopong tubuh Kimberly.
"Biar aku" pinta Reynand, mr. John mengangguk.
"Follow me" ucap mr. John kemudian. Mr. John berjalan cepat menyusuri hutan, Reynand pun mengikuti langkah pria paruh baya didepannya,
Ia tidak tahu pria itu siapanya Kimberly namun ia yakin pria itu orang baik. Reynand mengikuti mr. John hingga jauh ke dalam hutan dan sampai ke rumah kayu yang ditempati bu Asih.
"Honey..... Asih...." panggil mr. John pada bu Asih, tapi tidak ada jawaban, mr. John membuka pintu dan meminta Reynand membaringkan tubuh Kimberly di kamar yang pernah ia tempati beberapa waktu lalu. Mr. John duduk dan memegang telapak tangan Kimberly, ia kembali memejamkan matanya sesaat, lalu ia buka dan menoleh pada Reynand yang juga duduk tak jauh dari tubuh Kimberly yang terbaring lemah.
"Kamu siapa?" tanya mr. John to the point.
"Saya Reynand, teman Kim dan kami juga bertetangga"
"Apa yang terjadi?"
Reynand menceritakan kejadian saat ia berkelahi dengan dua pria semalam, hingga ia terluka di pembuluh darah utama arteri yang membahayakan nyawanya, ia heran kenapa malah sekarang sama sekali tidak ada goresan di lengannya.
"Apakah Kim yang melakukan itu?, maksudku menyembuhkan lukaku, tapi Bagaimana mungkin tidak ada noda darah setitik pun di pakaianku padahal aku sangat yakin jika darah mengalir deras semalam"
"Tanpa aku jelaskan kamu juga tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan efek dari ia mengerahkan seluruh tenaganya ia jadi pingsan dan aku tidak tahu akan berapa lama ia tidak sadar, Kim akan lemah jika ia mengerahkan tenaganya, jika dalam tahap normal ia hanya akan sakit biasa namun dalam tahap saat ini, ini lebih dari itu, bahkan ia bisa meninggal"
"Apa?, meninggal??!"
"Benar"
"Lalu apa yang harus dilakukan?, aku seorang dokter, apa yang bisa aku lakukan?"
"Ilmu kedokteran tidak akan bisa mendeteksi, jika kau periksa, keadaannya pasti normal"
"Aku masih awam dan bingung tentang kekuatan atau sihir tapi Kim sudah berkorban untuk menyelamatkan nyawaku, aku siap melakukan apa saja"
"Bagus, sikapmu benar benar gentle, aku suka. Baiklah tolong jaga Kim sejenak, aku mau mencari istriku"
"Tentu"
Mr. John kemudian berdiri dan keluar dari kamar itu, Reynand menatap tubuh Kimberly yang terbaring lemah, ia masih tak mengerti apa yang terjadi namun ia sedikit demi sedikit mulai biss menyambungkan beberapa kejadian yang ia alami bersama Kimberly. Walau hal itu sukar di percaya akal sehat namun ia dua kali mengalami hal itu bersama Kimberly.
Reynand tak menyangka Kimberly memilih menggunakan kekuatannya untuk menolongnya dan tak memperdulikan nyawanya sendiri, ada perasaan aneh menyusup di hatinya, rasa takut jika terjadi sesuatu pada Kimberly dan juga rasa takut Kimberly tidak bisa sadar lagi. Wajah gadis di depannya pucat, putih seperti kapas, ia berdoa Kimberly segera sadar, ia dua kali berhutang nyawa pads gadis didepannya dan akan melakukan apapun untuk Kimberly, bahkan menyerahkan nyawanya sekalipun.
~~~
~~~
Reynand, mr. John dan bu Asih duduk mengelilingi sebuah api unggun.
"Apakah tidak apa apa kita meninggalkan Kim sendiri di kamar"
"Tidak apa apa, dia sudah baik baik saja"
"Mr. John yakin?"
"Pasti"
"Tapi...."
"Tapi apa?"
"Kim harus dijaga malam ini, jika tidak.. "
"Jika tidak apa?"
"Mmm.... Apakah kamu bisa menyimpan rahasia Reyn?"
"Anda bisa mengandalkan saya"
"Aku pegang janjimu, sebenarnya Kim dan aku adalah white witched"
"Anda juga?"
"Iya"
"Kim punya kekuatan, aku juga, walau kekuatan kami berbeda"
"Aku pernah melihat tepatnya mengalaminya"
"Mengalaminya?"
"Benar, saat itu aku memergoki pacarku ikut sekte sesat dan aku tertangkap, entah Bagaimana caranya Kim ada di tempat yang sama dan menolongku, kami dikejar dan hampir tertangkap dan tiba tiba kami berada di tempat lain lalu Kim pingsan, sama seperti saat ini tapi saat itu Kim segera sadar hanya saja ia terlihat lemah"
"Teleportasi, itu salah satu kekuatan Kim, tubuh Kim sebagai white witched menarik perhatian black witched untuk memiliki kekuatan yang ada pada dirinya karena kekuatannya belum seluruhnya terexplore, jadi kita harus terjaga melindungi Kim dari black witched"
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Tugasmu hanya menjaga tubuh Kim, untuk melawan black witched, itu urusanku dan suamiku" ucap bu Asih menambahi.
"Baiklah"
"Aku lihat, ada aura abu abu pada dirimu, aku tidak tahu apa itu"
"Aku?, maksudnya?"
"Aku juga tidak tahu, tapi lama kelamaan akan terlihat nantinya."
Reynand menatap bingung pada mr. John, tapi ia tak bertanya lebih lanjut.
"Kamu boleh masuk menjaga Kim, biar aku disini bersama istriku"
Reynand mengangguk kemudian berdiri dan masuk dalam rumah.
"Aku melihat sesuatu yang berbeda dari pemuda itu" kata bu Asih.
"Aku juga honey, tapi aku tidak bisa melihat apa itu walau aku sudah berkonsentrasi dan mengerahkan tenaga dalam"
"Tapi auranya baik kan?"
"I don't know yet"
"Sepertinya sudah ada yang akan mendekat, bersiaplah honey"
"Tentu"
Reynand duduk di lantai di samping kasur lipat dimana Kimberly berbaring. Walau ia tidak tahu apa yang dimaksud mr. John dan istrinya tapi ia akan menjaga Kimberly sesuai perintah mr. John. Tak lama berselang ia merasa rumah kayu itu bergetar, tubuh Reynand sampai terhempas ke tembol kayu dibelakangnya. Ia mendengar suara bergemuruh di luar dan beberapa ledakan, tiba tiba tubuh Kimberly bergetar dan kejang membuat Reynand bingung apa yang harus ia lakukan. Ia berlari keluar untuk memberitahu mr. John dan bu Asih namun ia terpaku di depan pintu karena melihat sesuatu yang diluar nalar, mr. John sedang berdiri, tangannya mengeluarkan cahaya putih menyilaukan dan mengarahkan pada seseorang yang tak jauh didepannya, wanita berbaju hitam dan berambut emas, sedangkan bu Asih berdiri siaga di belakang mr. John. Sedangkan wanita berambut emas itu mengeluarkan cahaya merah untuk melawan cahaya putih dari tangan mr. John. Cahaya itu seperti saling lawan di udara membuat suara ledakan ledakan, Reynand terpana untuk beberapa saat namun ia mendengar teriakan Kimberly.
"Aaaaaaaa...... "
Reynand bergegas berlari kembali dalam kamar, Kimberly masih menggigil dan kini berteriak kesakitan, Reynand bingung harus melakukan apa karena ia teringat jika ilmu kedokteran tidak akan ada gunanya dan ia merasa useless saat ini. Entah apa yang ada di fikiran Reynand, ia kemudian berlutut di samping tubuh Kimberly yang terus menggigil dan sesekali berteriak. Ia mendudukkan tubuh Kimberly dan memeluknya mencoba menenangkan gadis itu, Kimberly masih terus berteriak dan tetap menggigil tetapi lama kelamaan tubuh Kimberly mulai tenang dan tidak menggigil lagi, Reynand masih memeluk tubuh Kimberly.