Reynand kembali membaringkan tubuh Kimberly yang sudah tenang, entah Kimberly tenang karena pelukannya atau karena hal lain tapi ia sudah berusaha melakukan yang ia bisa walau ia merasa itu hal terkonyol yang ia lakukan.
Reynand kembali duduk di lantai kayu rumah kayu itu, suara gemuruh sudah hilang dan suasana kembali tenang hanya suara burung malam dan binatang hutan yang ia dengar, ia juga sudah tidak merasakan getaran lagi. Matanya sudah mulai berat namun ia berusaha untuk terjaga demi menjaga Kimberly, keselamatan Kimberly adalah tanggung jawabnya. Ia lihat jam di ponselnya sudah pukul 1 dinihari, ia harus terus terjaga, Reynand menatap wajah Kimberly, wajah Kimberly berangsur normal tidak pucat seperti sebelumnya membuat Reynand bernafas lega, ia yakin ini pertanda baik dan Kimberly akan siuman.
Namun rasa kantuk begitu kuat menyerang Reynand, ia menyandarkan punggungnya di dinding kayu dan tidak menunggu lama ia sudah tertidur, jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi.
Kimberly membuka matanya, badannya terasa lemas tak bertenaga, kepalanya juga pusing, ia mencoba bangun dan duduk dan bersandar pada dinding kayu. Kimberly mengedarkan pandangannya ke ruangan dimana ia berada, ia ingat tempat ini, itu adalah bilik kayu rumah bu Asih, istri mr. John, tetapi yang membuatnya terkejut dan jantungnya serasa mencelos saat matanya melihat Reynand sedang tertidur sambil duduk, wajahnya terlihat penuh kekhawatiran juga kelelahan.
"Reyn...??" gumam Kimberly pelan.
"Kenapa dia ada disini?" Kimberly mencoba bangkit namun kepalanya terasa sakit, ia membatalkan niatnya itu. Ia kembali menyandarkan punggungnya di dinding kayu yang ia lapisi bantal. Ia menatap wajah Reynand, ada perasaan aneh menyusup dihatinya. Kimberly yakin jika Reynand sudah tahu semuanya tentang dia dan kemampuannya, ia tak mungkin menyembunyikannya lagi sekarang.
Ia yakin Reynand akan menganggapnya aneh dan pasti akan menjauhi dirinya.
"Kamu sudah sadar Kim?, syukurlah"
Kimberly terkejut saat melihat Reynand sudah berlutut dihadapannya dan tiba tiba memeluknya erat.
"Reyn..... Aku..... " Kimberly coba melepaskan diri dari pelukan Reynand namun ia terlalu lemah, ia kikuk dalam pelukan Reynand apalagi jantungnya berdetak kencang saat berdekatan dengan Reynand.
"Syukurlah kamu sudah sadar Kim" mr. John dan bu Asih masuk dalam bilik kayu itu, bu Asih membawa nampan berisi nasi dan lauk, juga tiga kelas berisi air putih, dan dua gelas lain yang berbeda warna.
Reynand melepaskan pelukannya pada Kimberly dan duduk.
"Sekarang kamu makan dulu Kim, kamu pasti lapar" ucap bu Asih.
"Reyn, kamu istirahat saja, kamu pasti baru tidur dua jam"
"Tidak apa apa bu Asih, boleh saya tahu kamar mandinya dimana?"
"Dibelakang, lewat samping saja"
"Baiklah, saya mau mandi dulu biar segar"
"Ya sudah, setelah itu kamu sarapan juga"
Reynand kemudian keluar dari bilik kayu, tinggal Kimberly, mr. John dan bu Asih.
"Biar saya makan sendiri bu" Kimberly akan mengambil piring dari tangan bu Asih.
"Jangan, kamu masih lemah Kim, biar ibu suapi" bu Asih mulai menyuapi Kimberly perlahan, baru beberapa suap Kimberly menggelengkan kepalanya.
"Sudah bu, perut saya begah"
"Ya sudah, ini ada air, ramuan herbal Secang, dan ramuan daun daunan. Kamu minum setiap 30 menit ya diawali dari air, lalu secang dan ramuan daun ini. Ini akan memulihkan kondisi kamu" ucap bu Asih. Kimberly mengangguk mengerti.
"Baiklah, kamu istirahat saja" ucap mr. John.
Bu Asih dan mr. John keluar dari bilik itu membiarkan Kimberly istirahat.
~~~
~~~
"Kamu tidak kembali ke Jakarta Reyn?, Kimberly akan baik baik saja" tanya mr. John pada Reynand.
Reynand, mr. John dan bu Asih sedang duduk dan bercakap cakap dibawah pohon rindang.
"Tidak apa apa mr. John, saya akan menunggu sampai Kimberly membaik"
"Bagus, saya suka sikapmu, bertanggung jawab"
"Kamu tinggal sendiri di apartemen itu?"
Awalnya, sekarang sama adik yang sebelumnya kuliah di Singapore"
"Orangtua kamu?"
"Mereka diplomat jadi berpindah negara tugasnya, kemarin mereka berangkat ke Turki"
"Kamu tidak mengantar mereka ke bandara?"
"Saya kemarin kan mengikuti mr. John karena Kimberly terluka"
"Oh I see"
"Kamu dokter umum atau spesialis?"
"Dokter umum"
"Berapa tahun dinas di rumah sakit"
"4 tahun"
"Cukup lama, sudah lama kenal Kim?"
"Tidak, kami memang bertetangga namun baru beberapa kali bertemu"
"Oh begitu, tapi sepertinya kalian dekat?" tanya bu Asih seperti menginterogasi.
"Tidak sedekat itu bu"
"Tapi kenapa Kim mau berkorban dirinya untuk menyelamatkan nyawa kamu?" goda mr. John.
"Itu...... "
"Honey.... Sudah jangan menggodanya." ucap bu Asih yang dijawab gelak tawa mr. John sedangkan Reynand hanya tersenyum kikuk.
"Biar aku periksa keadaan Kimberly dulu" bu Asih berdiri dari duduknya dan masuk dalam rumah kayu dan masuk bilik yang ditempati Kimberly.
Bu Asih melihat 2 gelas sudah kosong, air putih dan air secang sedang ramuan daun daunan masih utuh.
"Kim.... Kenapa belum diminum, sudah lewat 2 jam dari jam makan kamu"
"Pahit bu"
"Biarpun pahit juga harus diminum Kim"
Kimberly menggeleng tanda tak mau membuat bu Asih menghela nafas panjang, ia kemudian keluar menuju tempat suaminya dan Reynand yang masih bercakap cakap.
"Sudah honey?"
"Dia tidak mau, pahit katanya"
"Tapi itu harus masuk dalam tubuhnya sayang"
"Iya tapi kita tidak mungkin memaksanya, kamu tahu ramuan itu hanya bekerja jika yang mengkonsumsi terpaksa, kamu tahu sifat daun dewa dan sambung nyawa itu honey"
"Iya aku tahu, lalu bagaimana?"
"Biar aku fikirkan dulu bagaimana membujuknya" gumam mr. John, Reynand yang ada di dekat mereka ikut berfikir.
"Boleh aku bertanya mr. John?"
"Tentu, apa?"
"Apa harus ia mengkonsumsi semuanya, maksudku daun daunan itu"
"Not really, paling tidak harus masuk setengah gelas" jawab mr. John.
"Boleh aku coba?"
"Maksudmu?"
"Maksudku boleh aku coba membujuk Kim untuk meminumnya?"
Mr. John dan bu Asih saling pandang dan mengangguk bersamaan. Reynand kemudian berdiri dan masuk dalam rumah kayu dan masuk dalam bilik yang ditempati Kimberly, Reynand melihat Kimberly masih duduk bersandar, ia juga melihat 1 gelas penuh ramuan daun daunan, ia sudah membayangkan betapa pahitnya ramuan itu. Reynand kemudian duduk dilantai kayu tak jauh dari Kimberly.
"Kenapa tidak diminum ramuannya Kim?"
"Bitter" jawab Kimberly singkat.
"Walaupun pahit harus tetap diminum Kim"
"I said no" jawab Kimberly bersikeras.
"Baiklah begini saja, kamu minum setengah gelas, lalu sisanya setengah gelas aku yang habiskan, bagaimana?"
Kimberly menggeleng.
"Come on Kim, apa kamu tak ingin membaik?"
Kimberly berfikir sejenak, apa salahnya ia minum setengah gelas daun daunan yang pahit itu.
"You first"
"Aku?, tapi Kim..... "
"Setuju atau tidak sama sekali" ucap Kimberly.
"Oke oke, aku minum dulu baru kamu, tapi kamu janji benar benar meminumnya" jawab Reynand yang di jawab anggukan oleh Kimberly. Reynand kemudian mengambil gelas berisi ramuan daun daunan itu dan mendekatkan ke mulutnya, baunya saja sudah terasa pahit, Reynand ragu saat akan minum namun ia ingin Kimberly segera pulih. Dengan menahan nafas Reynand meminum ramuan daun daunan itu hingga setengah gelas, tak terbayangkan betapa pahitnya ramuan itu, ia tak pernah merasakan pahit yang seperti itu.
"Nah sudah, now your turn" Reynand menyerahkan gelas dimana ramuan tinggal setengah. Kimberly menatap ramuan itu, perlahan tangannya mengambil gelas dari tangan Reynand dan dengan sedikit ragu meminum ramuan itu, Kimberly terbatuk batuk karena begitu pahitnya ramuan itu.
"Oh my God, its so bitter" ucap Kimberly perutnya mual dan ingin muntah.
"You have to try Kim, demi kesehatan kamu" ucap Reynand.
Kimberly menatap Reynand, Reynand mau meminum setengah dari ramuan itu agar ia juga mau minum, ia rasa ia tak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Reynand itu. Kimberly menatap gelas ditangannya dan kemudian berusaha meminum ramuan itu hingga habis, ia merasakan betapa pahit ramuan itu di lidahnya.
"Bagus Kim, kamu akan segera pulih, sekarang kamu istirahat, biar aku menjagamu"
Kimberly mengangguk dan kembali berbaring, tak menunggu waktu lama Kimberly sudah terlelap kembali, Reynand menatap wajah teduh Kimberly, entah kenapa ia merasa sangat dekat dengan gadis itu, seperti ada ikatan kuat diantara mereka, apakah karena Kimberly dua kali menolongnya dan merasa berhutang budi?, tapi Reynand tidak merasa seperti itu, ikatan yang beda.
Reynand kemudian melangkah keluar dari bilik kayu yang ditempati Kimberly dan keluar dari rumah kayu, mr. John dan bu Asih tergesa mendekati Reynand.
"Dia mau minum ramuannya Reyn?" tanya mr. John.
"Tapi hanya setengah gelas mr. John"
"Tidak apa apa, itu juga sudah sangat bagus Reyn, kamu hebat bisa membujuknya."
Oooo----oooO
Reynand mengantar Kimberly hingga depan pintu apartemennya, mereka sudah pulang dari rumah kayu Bu Asih dan mr. John.
"Aku antar masuk ya Kim?" tawar Reynand.
"Tidak perlu Reyn, by the way thanks ya kamu sudah membantu aku dalam proses penyembuhan kemarin"
"Sama sama, baiklah kalau begitu istirahatlah, aku pulang"
"See you" jawab Kimberly yang kemudian masuk dalam apartemennya. Ia segera masuk dalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya. Tubuhnya sudah bugar, karena ramuan daun daunan dari Bu Asih, yang membuatnya tidak habis pikir adalah kenapa Reynand mau ikut tinggal di rumah kayu Bu Asih, seharusnya ia dinas di rumah sakit, ia yakin Reynand akan kena surat peringatan karena absen terlalu lama.
Hati Kimberly menghangat saat mengingat perhatian Reynand, Reynand rela minum ramuan yang pahit hingga perutnya sakit karena tidak terbiasa, itu agar ia mau minum itu demi kesembuhannya. Kimberly memegang dadanya, jantungnya berdegup kencang tidak seperti biasanya. Perhatian Reynand padanya membuat Kimberly ada sesuatu yang aneh di hati Kimberly setiap mengingat Reynand.
"I'm I falling in love with him?" gumam Kimberly, ia menatap langit langit kamarnya. Ia rasa ia sudah jatuh cinta pada Reynand karena perhatiannya, namun Kimberly tak yakin Reynand memiliki perasaan yang sama dengannya. Reynand melakukan itu karena Kimberly beberapa kali menyelamatkannya, bukan karena Reynand menyukainya. Tiba tiba hati Kimberly terasa sedih. Perasaannya campur aduk, ia suka perasaan ini, perasaan jatuh cinta tapi saat mengingat Reynand tak memiliki perasaan yang sama dengannya, hatinya kembali terasa tak menentu
Lynagabrielangga