POV Anto "Terimakasih." Ucapan lembut itu menyadarkanku dari pemikiran yang berkelana. Aku merasa kehilangan saat Marni mengurai pelukan dan langsung memberi jarak di antara kami. Lantas, apa yang aku harapkan? Apakah sebuah kemesraan singkat dari Marni di pagi hari? Rasanya Marni tak semenarik itu, tapi kenapa aku malah kecewa? "Bagaimana keadaanmu?" Kurasakan suara agak tersendat di tenggorokan. Yang kulihat, dia terlihat sehat dan bersemangat, seolah tak melewati masa demam yang amat parah. "Aku sudah merasa lebih baik. Oh ya, Mas sarapan dulu, Leni sudah buatkan nasi goreng." Aku terdiam, jangan tanya betapa laparnya perutku di pagi ini, tidak makan malam dan menahan diri untuk tak makan apa pun di rumah ini amat menyiksa. "Siapa yang memasak?" Aku memastikan pendengaranku. "Len