POV Marni Kudorong bahu Mas Anto menjauh, memisahkan tautan kami. Dia masih kebingungan, sambil kesusahan menata nafasnya. Matanya masih gelap dengan tatapan misterius yang tak bisa kufahami. Aku tak menyangka keisenganku malah membawa petaka. "Keluar, Mas! Aku mau mengganti pakaian kembali." Kubelakangi dia, menatap pantulannya di cermin besar di depanku. Kudengar dia mendengkus, lalu keluar dari ruang ganti. Dalam konsisi apa pun, dia selalu marah, bahkan disaat dia menciumku. Aku menghela nafas panjang, mengusap bibirku sendiri. Bukan yang seperti ini yang kuharapkan, bukan sebagai pelampiasan kemarahan seperti waktu dia mengambil haknya dengan kasar. Aku akan memberikan apa pun, karena aku adalah seorang istri yang halal untuknya. Akan tetapi diperlakukan seenaknya seolah tak berha