Dua orang itu terlihat seperti biasanya, tapi siapa yang tau kalau ternyata hubungan mereka tak semulus kelihatannya. Muliya menarik napas berat, membuang muka keluar jendela mobil. "Berhenti di apotek Mas!" Ucapnya memerintah dengan pelan. Adimas menelan ludah, berusaha agar tetap fokus pada kemudi. "Iya." Jawabnya perlahan dengan terus melajukan mobilnya. Setelah Adimas mengutarakan permintaannya tadi keduanya sama-sama terdiam setelahnya, bahkan Muliya yang terlihat sangat syok tadi sampai tak bisa berkata apa-apa. Namun begitu mereka pulang kerja dan Muliya menyuruhnya menghentikan Mobil di apotek, sepertinya Adimas paham keputusan istrinya itu. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan apotek terdekat, Muliya tanpa berkata-kata segera melepas seatbelt nya. "Biar aku temeni."