Muliya sejak tadi tak berhenti-berhenti untuk melirik orang disebelahnya itu, ekspresi wajahnya sangat bisa dibaca karena kadang ia mengernyit, mendelik, lalu garuk-garuk kepala. "Ini berkas punya aku, kamu bisa contoh." Gadis berkamata tebal dengan rambut di kuncir kuda dan baju kedodoran itu menyerahkan berkas di tangannya kearah Muliya dengan wajah jutek. Muliya mau tak mau mengambilnya karena memang butuh, "ehm, m-makasih." ucapnya jadi gugup. Lalu keheningan melanda, membuat Muliya makin merasa tak nyaman. "T-tapi kok kamu baik sama aku?" Tanya Muliya pelan. Gadis itu langsung menoleh cepat. "Kenapa? Gak boleh emangnya?!" Tanyanya langsung ngegas, Muliya menyengir kuda. Kayaknya tempramen perempuan disebelahnya ini memang sangat buruk. Gadis itu mengembukan napas kasar sebelum m