Aku meremas tanganku yang entah sejak kapan basah oleh keringat. Di hadapanku kini sudah duduk Tante Ambar dan Pak Tegar. Keduanya memberikan dua ekspresi berbeda sejak aku dan Argio datang bersama untuk menemui mereka dan mengatakan keputusan kami untuk menikah. “Jadi kamu serius ingin melakukan ini, Laras?” tanya Pak Tegar padaku. Sebelum menjawabnya, tatapanku otomatis terarah pada Tante Ambar yang bahkan sejak tadi hanya bisa diam. Jujur, aku bisa menangkap gurat kecewa di wajahnya setelah ia mendengar keputusanku. Mungkin ia kecewa karena setelah apa yang ia ceritakan dan katakan padaku hari itu, pada akhirnya aku tetap setuju untuk menikah dengan Argio. Mungkin, ia berpikir sekarang aku tidak jauh berbeda dengan Silvania yang hanya berusaha mengambil keuntungan dari keluarga merek