Aku sedang duduk bersila dengan kaki kanan berada di bagian atas, punggungku tegak lurus sedangkan tangan di pangkuan dengan telapak tangan menghadap ke atas. Aku memejamkan mata dengan menempelkan ujung lidahku di langit-langit mulutku. Aku berkonsentrasi pada pernapasan perutku, menarik napas dan menghembuskannya perlahan-lahan sehingga otak dan pikiranku merasakan ketenangan dan kedamaian yang sesungguhnya. “Ina.” Panggilan itu mengusikku, tetapi aku mengacuhkannya. Aku tidak ingin mood-ku yang udah bagus jadi jelek lagi hanya karena satu iblis yang aku cintai ini. “Na,” panggilnya lagi. Aku masih diam, konsentrasi. “Na, awas cicak, lho,” ujarnya. Aku masih nggak bergerak, tetap setia berada di posisi yang sama. “Huwa, kecoak!!” teriak Alfa heboh. Aku masih diam, nggak bergerak.

