Sinta meregangkan otot-ototnya yang kaku. Dia mengerjapkan matanya, dan sedikit bingung karena dia berada di kamar Intan. Sinta bangun dan duduk di tempat tidur dengan melihat Intan yang sudah bangun sebelum dirinya. “Ibu ....” Intan memeluk Sinta dan mencium pipi Sinta. “Pagi, Sayangnya ibu.” Sinta tersenyum dan mencium pipi putrinya. “Intan lihat Om Agus?” tanya Sinta, Intan hanya menggelengkan kepalanya. “Kenapa aku bisa di kamar Intan? Padahal semalam aku kan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai beberapa hari bersama Mas Agus?” gumam Sinta. “Intan, mau ikut ibu Sholat Subuh?” tanya Sinta. “Iya,” jawabnya. Sinta tidak lupa dengan pesan Agus sebelum pergi dari rumah ini. Meski hatinya keras dan masih sangat kecewa dengan Agus, tapi dia tidak melupakan pesan Agus. Seperti menin