Hati dan Pikiran

2105 Kata

Kaluna belum pernah merasakan perasaan ini, seakan seluruh nalar dicabut paksa dari dirinya. Nurani yang seharusnya menjadi benteng telah runtuh, meninggalkannya telanjang bersama arus hasrat yang terus menyeretnya jauh. Ada suara samar di kepalanya, berteriak bahwa ia punya kekasih, punya batasan, tapi tubuhnya tak lagi mendengar. Ia menutup telinga hatinya sendiri, menjustifikasi kelemahan ini dengan alasan konyol, toh ia dapat sesuatu dari Dhika seperti uang, keamanan, gengsi dan yang paling penting, kenikmatan yang menenggelamkan. Hari-hari di Lembang yang terus diselimuti hujan menjadikan batas moralnya kabur, dan malam demi malam, tubuhnya menyerah pada lelaki yang semestinya ia benci. “Ngghh… D-Dhika… ahhh… pelan…” Kaluna merintih, jemarinya meremas seprai. “Diam. Nikmati aja,” de

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN