Pagi yang Tegang

1332 Kata

Pegal, itu kata pertama yang menyeruak di benak Kaluna begitu ia membuka mata. Seluruh tubuhnya seolah dihantam badai, tiap sendi seperti remuk, otot-ototnya berdenyut sakit luar biasa. Ia menatap langit-langit kamar yang putih pucat, kelopak matanya menyipit karena cahaya pagi menembus tirai tipis. Udara terasa dingin menusuk kulitnya, dan seketika jantungnya berdegup lebih kencang. Perlahan ia bangkit, tubuhnya kaku, lalu tatapannya jatuh pada dirinya sendiri. Selimut yang menutupi terlepas begitu saja, dan Kaluna sontak membekap mulut, menahan jerit. Tubuhnya polos, tak ada sehelai kain pun yang menempel, hanya jejak-jejak merah samar di kulit yang membuatnya terbelalak. Nafasnya tercekat. Jemarinya buru-buru meraih selimut, menutup d**a yang terekspos. ‘Kenapa bisa gini? kenapa gak p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN