Pengampunan

2162 Kata

Kaluna tidak tahu mau dibawa ke mana, atau apa yang akan terjadi, ia hanya berjalan gontai, tubuhnya ditopang rangkulan Dhika. Langkah-langkah sepatu kulit pria itu bergema di lorong hotel yang temaram. Lampu gantung kristal di koridor memantulkan cahaya samar ke wajahnya, dan setiap pantulan kaca membuat Kaluna sadar: wajahnya kotor, gaunnya ternoda saus, tubuhnya lengket oleh wine. Napasnya tercekat. “Kita berhenti… Dhika… aku gak kuat,” suaranya pecah lirih. Lututnya goyah, seakan tak lagi sanggup menopang tubuh. Dhika menoleh cepat. Tanpa bertanya lagi, lengan kokohnya menembus ruang udara, lalu ia mengangkat Kaluna ke gendongan bridal. Tubuh mungil itu terangkat ringan, seolah tak berbobot di pelukannya. “Tunggu, ini ma—" “Diem.” Suara Dhika rendah, padat, tak memberi ruang untuk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN