Mas Aiman berusaha mencegah ku menemui keluarga Erik. Alasannya, dia takut jika aku terluka. Mumpung ada kesempatan bagus tidak akan ku sia-siakan. Kapan lagi 'kan bertemu dengan orang tua pria warna-warni. Harus aku adukan kelakuan putranya yang meresahkan. Aku berjalan tergopoh-gopoh menuju lobi. Mempercepat langkah sebelum mobil jemputan orang tua Erik datang. "Selamat siang, Tante dan Om," sapaku dengan nafas terengah. "Perkenalkan nama saya Amanda." "Selamat siang, cantik," jawab Mama dari Erik. "Salam kenal, nama Tante Resti. Dan, Om Hendrik." Syukurlah orang tua Erik sangat ramah. Aku sempat mengira jika mereka sama menyebalkannya seperti putranya. "Boleh minta waktunya sebentar, Tante? Ada hal penting yang ingin Manda sampaikan. Ini menyangkut Pak Erik dan rumah tangga saya."