Mas Aiman mengetuk pintu kamarku berulang kali. Meminta maaf karena tak sengaja membuatku kesal. Ck, tak sengaja katanya! Jelas-jelas dia memintaku diam, merasa terganggu karena aku menemaninya meeting. Memangnya aku sangat berisik? Sepertinya tidak. Aku bahkan bertanya dengan nada lirih. Tak akan terdengar oleh kolega bisnisnya. Dasarnya saja Mas Aiman yang pelit. Nyebelin! "Adek, ayo buka pintunya. Jangan marah lagi ya, aku menyesal telah memintamu diam." Isshh, menyesal berulang kali. Habis itu di ulangi lagi. Lebih baik aku membaca buku sambil rebahan. Di sebelahku sudah tersedia toples berisi keripik pisang sebagai teman ngemil malam. Membiarkan Mas Aiman kelelahan mengetuk pintu. Anggap saja itu sebagai balasan karena membuatku marah. Ting ... Pesan masuk dari nomor yang tidak