Axel membuka pintu kamar adik semata wayangnya perlahan. Pandangannya seketika tertumbuk pada bercak-bercak merah dan luka sepanjang betis dan kaki adik perempuannya. Dia menghela nafas panjang saat melihat walaupun adik nakalnya itu sudah tertidur, tetapi masih tampak sisa-sisa air mata yang menggumpul diujung-ujung bulu mata lentiknya. Si Gengsi dan keras hati ini akhirnya menangis juga.
Axel sebenarnya tadi tidak sampai hati harus mencambuk kaki adiknya dengan ikat pinggang kulitnya. Cuma masalahnya kali ini adiknya ini sudah sangat keterlaluan salahnya. Saat itu dia tengah mempresentasikan proposal mengenai pembangunan beberapa real estate dengan investasi menjanjikan dengan client-client potensialnya, saat salah seorang clientnya malah memperlihatkan berita online tentang perselingkuhan adiknya dengan suami dari wanita yang dahulu bahkan sampai sekarang masih sangat dicintainya. Belum lagi pose-pose saat si Chris itu memakaikan jas nya pada tubuh setengah telanjang adiknya. Perlakuannya itu tampak sangar intim dan mesra. Bayangkan saja bagaimana malu nya dia saat mereka semua bertanya apakah benar wanita di photo itu adalah adiknya?Entah mau ditaruh dimana mukanya saat itu,dia malu sekali karena dianggap tidak bisa mendidik adik semata wayangnya.
Axel perlahan-lahan mengoleskan gel pereda sakit pada sepanjang luka-luka adiknya.Sebagai seorang kakak, setiap luka yang ada pada tubuh adiknya, sesungguhnya dia pun merasakan pedih yang sama.Darah itu lebih kental daripada air, bila Lily dicubit orang, percayalah Axel pun ikut merasakan sakit.
Kakak menghukummu, itu semua demi kebaikanmu sayang. Agar kamu tau batas, tau mana yang salah dan mana yang benar. Sepertinya sudah saatnya dia harus memberikan pelajaran hidup yang sesungguhnya pada adik manjanya ini, agar dia tahu hidup itu tidak melulu soal uang, tetapi juga soal tanggung jawab dan cara bertahan hidup.
"Hallo Bima. Gue bisa minta tolong gak Bro? Adek gue kan baru aja menamatkan sarjana hukumnya tahun ini. Gue minta tolong lo rekrut dia jadi karyawan lo di Bima Sakti Raffardan's Law and Associates bisa?masalah posisi sih terserah lo aja. Gue cuman pengen buat dia belajar hidup bener dulu. Lo juga pasti udah tau kan ulah apalagi yang sudah dibuat adek gue itu hari ini ?"
Xel, sumpah ya, gue bukannya nggak mau nolong lo. Tapi lo tau sendiri kan kelakuan ajaib adek lo itu kayak apa? gue takut ntar dia bukannya bantuin gue kerja, tapi dia malah ngacak-ngacak kantor gue lagi. Bisa gawat ini urusannya, Bro!!
"Ya lo hukum aja kalo dia salah. Gue nggak masalah koq kalo lo ngehukum dia selama itu hukuman masih dalam taraf wajar dan dianya nggak sampe berdarah-darah it's oke lah.
Mulai besok gue titipin dia kesana ya? Tolong ajarin adek gue dan jagain dia juga ya? Thanks a lot MaBro."
Axel pun memutuskan panggilan teleponnya dengan kawan lamanya. Semoga kamu memperoleh pelajaran hidup dan bisa berubah kearah yang lebih baik, Sayang. Axel pun kemudian mengecup sayang kening adiknya.
===================
Lily baru saja selesai mandi dan bermaksud untuk sarapan pagi, saat melihat kakaknya sedang duduk dimeja makan sambil membaca koran. Lily menarik nafas panjang. Sebenarnya dia masih sedih karena kakaknya menghukumnya tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri. Tetapi sudahlah, sedih-sedih itu sama sekali tidak cocok dengan kepribadiannya. Sedih juga tidak bisa membuat kenyang bukan?lebih baik pasang muka cerah ceria dan menyapa kakak gantengnya seolah-olah masalah kemarin tidak pernah ada.
"Pagi kakak gantengku, tumben belum ke kantor?nungguin Princess sarapan ya Kak?"
Cup!!Cup!!
Seperti biasa Lily tetap memasang senyum ceria, walau kakinya sakit dan pedes setengah mati. Kulit kakinya malah semalam ada yang mengelupas, tapi pagi ini sudah lumayan membaik. Kulit badaknya emang juara, mau diapain juga bentaran doang udah sembuh seperti sedia kala.
"Pagi Dek. Sebelum kita sarapan ada yang ingin kakak bicarakan padamu. Dan ini...se-ri-us!!"
Axel mulai menatap lurus-lurus wajah polos tanpa make up adiknya.
"Dengar, kakak udah nyerah untuk mendidik dan menjagamu sekarang ini. Jadi kakak memutuskan untuk segera menikahkanmu dengan pria kualitas terbaik pilihan kakak. Dan mulai besok, kakak dan Bang Gultom akan kembali ke arena Gladiator dan menyeleksi siapa-siapa saja kandidat terkuat yang akan menjadi calon suamimu. Dari hasil seleksi itu kakak akan memilih dua yang terbaik, untuk selanjutnya mereka akan berduel dihadapanmu. Siapa yang menang, itulah suami masa depanmu. Jelas? Any question?"
"Kakak ini aneh sekali. Listen, dimana-mana orang kalau mau mencari calon suami itu ya di Mesjid, dikantor, dikampus atau minimal kenalan keluarga lah. Ini koq malah nyarinya diarena Gladiator? Sudah itu ya Kak, biasanya yang dilihat dari calon suami itu ya babat bebet bobot nya. Akhlaknya, kepribadiannya, finansialnya, gitu dong. Ini koq malah kekuatannya?bisa-bisa Lily bakalan jadi perkedel kalo salah dikit aja dimatanya."
"Betul kalo itu calon suami buat keluarga biasa. Kamu lupa kita ini siapa Lily? Kita ini keluarga yang tidak biasa, kita adalah seorang Delacroix Adam, mafia kelas kakap. Kita ini anak-anaknya Piere Delacroix Adam yang teman beneran maupun pura-pura temannya tersebar dimana-mana. Apalagi musuh-musuh kita Dek, bertebaran seperti bintang-bintang dilangit, yang dibunuh satu malah muncul tiga.
Laki-laki tampan berharta tapi tidak kuat fisiknya, itu tidak akan pernah cocok untuk menjadi pendamping hidupmu, Dek. Kakak butuh seseorang yang kuat secara finansial dan kuat secara physical untuk melindungi kamu, jikalau suatu hari kakak...tidak ada lagi didunia ini."
"Kakak jangan ngomong gitu, Lily cuma punya kakak. Kalo kakak nggak ada lagi, Lily nanti sama siapa?"
Lily langsung melompat memeluk erat kakaknya, dia ngeri kalau kakaknya mulai bicara soal kemungkinan kematiannya.
"Ya itu kan kalau, Dek. Belum tentu langsung kejadian juga. Dan satu lagi, nanti setelah kita selesai sarapan, kakak akan membawamu untuk mulai bekerja dikantor pengacara teman kakak. Kakak ingin mulai sekarang kamu pelan-pelan berubah kearah yang lebih baik. Mengerti kamu, Dek?"
"Lily boleh punya penawaran?"
"Sebutkan."
"Kalau Lily berhasil jadi orang dan tidak merepotkan kakak lagi untuk hal-hal unfaedah, Lily boleh menolak untuk menikah?"
"Hanya saja jika proses yang adek sebut jadi orang itu, tidak sedikitpun ada campur tangan kakak didalamnya. Yang artinya, adek harus melepaskan semua fasilitas yang selama ini kakak berikan. No mobil, no uang saku, no kartu apapun. Bahkan adek tidak boleh tinggal disini, adek akan kakak carikan tempat kost yang sederhana, yang dekat dari kantor.
Dan satu lagi, mengenai pernikahan, kakak akan tetap menyeleksi dan memilih calon suami adek, tetapi kalian sendirilah yang menentukan waktu pernikahan kalian. Hanya itu solusi yang kakak bisa berikan. Fikirkan baik-baik. Menikah atau mulai belajar berdiri sendiri? Besok akan kakak tagih jawabannya. Sekarang mari kita sarapan, setelah itu kakak akan mengantarkanmu ke Bima Sakti Raffardan Law and Associates."
"APA? Kantornya si Om-Om galak itu? Matiin aja Lily sekarang kak? Tenggekanjan Lily diSamudera Hindia! Itu lebih baik daripada Lily harus melihat muka nyebelin si Om sial—eh Si Om nyebelin itu. Kak, Bang Bima itu kan galak sekali. Jangan-jangan nanti Lily di pites lagi, kalo pas buat kesalahan."
"Makanya jangan buat salah dong kamunya, Dek. Lagian emangnya kamu itu kutu, pakai dipites segala. Sekarang kamu tinggal pilih, mau kakak nikahkan sekarang atau membuktikan sama kakak kalau kamu itu bisa mandiri sendiri?!!"
Nah kan! Nah kan!! Kembali ke topik itu lagi?Padahal Kang Opik aja lagi sibuk shooting Pesbukers!!!
Axel kembali ke mode tegas, menolak dimanipulasi oleh tingkah Lily yang penuh tipu daya dan trik-trik ajaib tingkat dewa.
"Lily nggak mau nikah Kak!!Nggak papa deh Lily tiap hari di marahin itu Om-Om galak, nggak papa juga Lily jadi miskin kemana-mana naik angkot, padahal mobil kakaknya berjejer pulau-pulauuu..."
Lily pun mulai menyanyikan lagu dari Sabang sampai Merauke dengan semangat 45. Axel pura-pura tidak mendengar segala ocehan adik ajaibnya itu. Dengan santai dia pun meminumkan kegelas s**u kemulut adiknya, agar di bawel itu diam.
"Nih kamu minum s**u dulu, biar tambah pintar."
"Siapa bilang minum s**u sapi bisa pintar Kak? Emang kakak udah pernah liat anak sapi jadi sarjana gitu?!!"
"DIAMMMM!!! Dan cepat selesaikan sarapanmu. Kakak tunggu diteras depan."
Axel yang merasa gerah dengan segala tingkah polah Lily akhirnya tidak tahan juga menanggapi semua kelakuan absurdnya.
"Bah!! Kenapanya kakak kau itu pagi-pagi udah naik tensi aja nya kutengok? Kau apakan pulaknya kakakmu itu, Butet?"
Bang Gultom yang baru tiba di dapur, heran melihat Axel yang meninggalkan meja makan bahkan sebelum menyelesaikan sarapannya.
"Mungkin dia lelah, Bang." Jawab Lily santai.