DI TUKANG SAYUR.
"Mbok Ijah, perempuan ini siapa?" Tanya Ibu-ibu Kompleks yang sekarang ini sedang belanja sayuran bersama dengannya, dan juga dengan Ibu-ibu Kompleks yang lainnya.
"Iya, Mbok Ijah. Perempuan ini siapa?" Timpal yang lainnya lagi, yang terlihat langsung memicingkan sebelah bibirnya tanda tidak suka saat pertama kali Ia melihat penampilan Shanum.
"Apa perempuan ini, istrinya Pak Ustadz Alif?"
"P_pagi, Bu!" Shanum pun langsung menyapanya sambil tersenyum dengan sangat ramah dan sopan.
"Iya, Ibu-ibu." Mbok Ijah yang juga langsung ikut tersenyum.
"Perkenalkan!"
"Perempuan ini, Non Shanum. Istri dari Pak Ust,,,,,"
"Pak Ustadz Alif itu gimana, sih?" Salah satu dari Ibu-ibu Kompleks tersebut pun langsung memotong ucapannya.
"Pintar-pintar, sekolah tinggi, mana seorang Ustadz, lagi. Tapi kok milih istri model kayak ginian, sih?" Ucapnya lagi yang langsung saja seenaknya ngejudge nya begitu saja.
"Tau tuh, Pak Ustadz Alif. Gimana sih?" Timpal yang lainnya lagi, yang kemudian langsung melangkah mendekatinya.
"Apa jangan-jangan, kamu ini main dukun, ya?" Tuduhannya, kepada Shanum.
"M_main dukun? M_maksudnya?" Shanum yang tidak tau apa-apa pun, sedikit terpancing emosinya.
"Iya, Ibu-ibu. Ibu-ibu ini pada ngomong apa, sih?" Mbok Ijah pun langsung membelanya.
"Eh, Mbok Ijah. Jangan mentang-mentang perempuan ini tuh, sekarang adalah istri dari Pak Ustadz Alif sekaligus majikan Mbok Ijah, ya!"
"Jadi Mbok Ijah mau-mau aja belain perempuan model kayak ginian." Jawab Ibu-ibu Kompleks tersebut, yang malah justru langsung sok suci menceramahinya seperti itu.
"P_perempuan model kayak ginian?" Shanum pun semakin terpancing emosinya, dan langsung melangkah mendekati mereka semua.
"Maksud Ibu-ibu, perempuan model kayak gimana?" Tanyanya, marah.
"Hmmm, pake nanya lagi." Bukannya takut, Ibu-ibu Komplek tersebut pun malah justru langsung tersenyum sinis melihatnya.
"Emang kamu nggak ngeliat?" Ucapnya, yang kemudian langsung menunjuk ke arah pakaiannya yang sekarang ini sedang Shanum pakai.
"Masa istri seorang Ustadz, pakaiannya kayak gini,"
"Keluar cuma pakai celana pendek, sama tangtop doang."
"Dasar perempuan nggak punya sopan santun!"
"Dari pada menikah sama perempuan model kayak ginian, aku sih lebih mendukung Pak Ustadz Alif menikah dengan, Ustadzah Salmah."
"Yang sudah jelas cantik luar dalam, pinter, guru ngaji, solehah, punya sopan santun lagi!"
"Nggak kayak perempuan ini. Nggak punya sopan santun!"
"Iya, bener banget." Timpal Ibu-ibu Komplek yang lainnya.
"Dadi pada menikah sama Perempuan model kayak ginian, aku juga lebih mendukung Pak Ustadz Alif menikah dengan, Ustadzah Salmah."
"Yang sudah jelas, bibit, bebet, dan bobot nya."
"Apalagi kan, Ustadzah Salmah juga Putri dari Pak Ustadz Anwar. Sesepuh Ustadz sekaligus guru ngaji kita semua, di Kompleks ini!"
"Yang sangat jauh berbanding terbalik dengan kelakuan Perempuan, ini!"
"Masa istri dari seorang Ustadz nggak berhijab, sih?" Ucapnya lagi yang tak henti-hentinya terus ngejudge nya begitu saja. Sehingga Shanum yang mendengarnya pun, semakin marah dibuatnya.
"Eh, Ibu-ibu, semuanya! Berhenti, ya!" Bentaknya.
"Berhenti membanding-bandingkan aku dengan, siapa tuh? Ustadzah Salmah lah, atau siapa. Yang aku juga nggak kenal." Tegasnya.
"Lagian masih mending aku ya, Bu. Nggak berhijab, tapi mulutnya masih bisa dijaga."
"Dari pada Ibu-ibu semua. Kepala aja ditutupi pake hijab, pada sok paling bener, paling pintar, paling suci, paling ngerti agama. Tapi kenyataannya, kelakuannya minus, mulutnya juga bau busuk kayak bangkai!" Shanum pun langsung membalas ngejudge nya dengan kata-kata yang lebih pedas dan lebih tajam lagi dari mereka semua. Sehingga mereka semua yang mendengarnya pun, seketika langsung marah dibuatnya.
"Apa kamu bilang?" Ucapnya.
"Kamu ngata-ngatain mulut semua Ibu-ibu disini, bau busuk, kayak bangkai?" Mereka semua pun langsung tak terima dan langsung menjambak-jambak rambutnya penuh dengan emosi.
"Eeeehh! Ibu-ibu, berhenti!" Teriak Mbok Ijah yang langsung berusaha untuk melerainya.
"Iya, emang kenapa?" Shanum yang bukannya takut, malah justru langsung menantangnya.
"Emang kenyataannya mulut semua Ibu-ibu disini, bau busuk, kayak bangkai, kan?"
"Dari pada kelakuan Ibu-ibu semua pada sok suci, karena berlindung dengan hijabnya,,,,"
"Lebih baik, sini! Hijabnya biar aku, buka!" Teriaknya yang kemudian langsung menarik-narik dan melepaskan hijab Ibu-ibu kompleks tersebut satu-persatu sambil terus membalasnya menjambak-jambak rambutnya.
"Eeehh! Non Shanum, udah Non Shanum! Udah, berhenti!" Teriak Mbok Ijah yang langsung berusaha untuk melerainya kembali, sambil terus menarik-narik tangannya.
"Eeehhh! Dasar perempuan nggak punya sopan santun! Rupanya kamu berani ya, sama semua Ibu-ibu, disini?" Sahut semua Ibu-ibu Kompleks tersebut, yang kemudian langsung menjambak-jambak rambutnya kembali, dan langsung mengeroyoknya tiada henti. Sedangkan Shanum yang memang benar-benar masih ABG labil pun, tidak takut sama sekali dan malah justru terus melawan dan membalasnya satu persatu hingga mereka semua pun akhirnya ribut dengan begitu hebat.
"Ibu-ibu, Non Shanum, cukuuup! Cukup Non Shanum, Ibu-ibu, cukuuuuuup!" Teriak Pak Asep yang akhirnya turun tangan, dan langsung melerainya.
Setengah jam kemudian,,,,,,
DI RUMAH ALIF.
"Gara-gara perempuan nggak tau diri. Bajuku jadi sobek-sobek kayak gini, kan?"
"Tau tuh, perempuan. Nggak pernah diajari sopan santun kali, ya? Sama orang tuanya?"
"Iya, tuh. Mana sayuran ku juga jadi pada ancur kayak gini, lagi."
"Pokoknya aku nggak mau tau. Pak Ustadz Alif harus tanggung jawab atas kelakuan istri nakalnya, itu!" Gerutu para Ibu-ibu Kompleks tersebut, yang dari tadi sedang duduk dan berkumpul di dalam ruang tamu rumah tersebut menunggu kedatangan Alif pulang ke rumahnya. Sedangkan Shanum yang juga sedang duduk bersama dengan mereka pun, hanya menanggapinya dengan senyuman tengil, karena Ia merasa puas dan menang.
"Sssssttt! Udah udah udah!" Lerai Pak Asep.
"Kita tunggu saja ya, Ibu-ibu. Sampai dengan Den Alif datang!"
"Masalah ini baiknya mau Den Alif bawa kemana." Ucapnya lagi, yang kemudian langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar. Ia benar-benar pusing, karena selama Ia bekerja kepada Alif bosnya, baru kali ini Ia mendapati masalah seserius ini.
"Iya. Ibu-ibu semuanya." Timpal Mbok Ijah.
"Kita tunggu saja, sampai dengan Den Alif dat,,,,,,"
"P_Pak Asep, Mbok Ijah, Shanum sama Ibu-ibunya sekarang ada di man,,,,,," Alif yang baru saja datang dengan sangat tergesa-gesa pun, akhirnya bisa menghela nafas lega juga, setelah Ia melihat langsung keadaan Shanum istri kecilnya sekarang ini.
"P_Pak Ustadz Alif?!!" Ibu-ibu Kompleks tersebut pun langsung tersenyum bahagia, saat pertama kali Ia melihatnya datang dan masuk ke dalam rumah tersebut.
"Pak Ustadz Alif, lihat nih! Bajuku jadi sobek-sobek kayak gini!"
"Iya, Pak Ustadz Alif. Lihat, nih! Sayur-sayuran ku juga jadi pada ancur-ancur kayak gini!"
"Apalagi sayuran ku. Lihat nih Pak Ustadz, jadi ancur-ancuran juga kayak gini, nggak bisa kemakan!"
"Semua ini gara-gara Istri nakal, Pak Ustadz Alif!" Ucap semua Ibu-ibu Kompleks tersebut lagi, yang dari tadi sudah tidak sabar ingin cepat-cepat mengadukan semua perbuatannya itu kepadanya.
"T_tapi Mas Alif, semua ini bukan salah, Shanuuuuum." Shanum yang dengan muka sok polosnya, langsung saja merengek-rengek manja menghampirinya. Ia sangat yakin, kalau Alif suaminya itu pasti akan membelanya.
"Shanum!" Alif yang bukannya membela, namun malah justru langsung menatapnya dengan tegas.
"I_iya, Mas." Jawab Shanum.
"M_Mas Alif percaya kan, sama,,,,,,,"
"Minta maaf sekarang juga!" Perintah Alif.
"M_minta maaf sekarang juga?" Shanum pun langsung kebingungan.
"M_maksudnya?" Tanyanya.
"Iya. Minta maaf sekarang juga, sama semua Ibu-ibu yang ada di sini!" Jelas Alif lebih tegas lagi.
"T_tapi Mas, semua ini kan bukan salah, Shanum!" Jawab Shanum.
"Orang Ibu-ibu ini yang udah pada duluan ngejudge, Shanum."
"Pokoknya Shanum nggak mau minta maaf, sama semua Ibu-ibu yang ada di sini!" Shanum pun tetap kekeuh dengan pendiriannya.
"Shanum!" Alif pun langsung menatapnya lebih tegas lagi.
"Y_ya udah. Iya iya iya!" Shanum yang kesal pun akhirnya mengalah, dan langsung buru-buru meminta maaf kepada semua Ibu-ibu Kompleks tersebut meskipun terpaksa.
"S_Shanum minta maaf!" Ucapnya sewot, sambil buru-buru melangkah pergi meninggalkan mereka semua.
"Huh! Untung kamu ini istrinya Pak Ustadz Alif."
"Coba kalau bukan. Sudah Aku bawa kasus ini ke kantor Polisi!"
"Iya. Dasar Lu, perempuan nggak punya sopan santun!" Jawab semua Ibu-ibu Kompleks tersebut, yang malah justru langsung menghujatnya kembali. Sehingga Alif yang melihatnya pun, seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Ibu-ibu, semuanya!" Ucapnya.
"Saya selaku suami dari Shanum, bener-bener minta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua Ibu-ibu yang ada disini, atas semua kejadian yang kurang mengenakkan ini!"
"Mengenai kerugian yang Ibu-ibu dapatkan, baik sayur-sayuran Ibu yang rusak, baju-baju Ibu yang sobek, atau luka-luka yang Ibu dapatkan, semuanya nanti akan saya pertanggungjawabkan." Jelasnya.
"Sekali lagi, saya benar-benar meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua Ibu-ibu yang ada disini!" Ucapnya lagi.
"Iya, Pak Ustadz Alif. Saya maafin!"
"Lain kali jagain tuh, istri Pak Ustadz Alif dengan baik!"
"Ajari istri Pak Ustadz Alif, sopan santun!" Jawab Ibu-ibu Kompleks tersebut lagi, yang kemudian langsung buru-buru melangkah pergi keluar dari dalam rumah tersebut meninggalkannya sendiri.
Sedangkan Alif pun lagi-lagi hanya bisa menghela nafas pelan, dan membuangnya kasar. Kemudian, Ia pun langsung menutup pintu masuk rumahnya, dan langsung menghampiri Shanum yang sekarang ini sedang duduk di meja makan.
"Kamu nggak papa? Nggak ada yang luka, kan?" Alif yang dengan sangat pelan dan penuh perhatiannya, langsung mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang.
"Apaan, sih! Tadi aja nggak belain Shanum di depan Ibu-ibu tukang julid, itu!"
"Sekarang aja sok-sokan perhatian sama, Shanum." Gerutu Shanum dalam hati, semakin kesal dan cemberut lagi dibuatnya.
"Lho, kok kamu belum sarapan?" Alif yang tiba-tiba saja melihat sarapan di atas meja makan tersebut, yang sampai sekarang ini masih belum Ia makan.
"Nggak lapar!" Jawab Shanum, ketus.
"Nggak boleh kayak gitu. Kamu ini harus sarapan!" Perintah Alif.
"Ini tuh udah jam berapa?"
"Nanti kamu sakit, lho!"
"Biarin aja!" Jawab Shanum lagi, masih terus ketus.
"Nggak boleh kayak gitu. Ayo sekarang juga kamu sarap,,,,,,,," Belum juga sempat Alif menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar Drrrrttttt! Drrrrttttt! Drrrrttttt! Ada telepon masuk.
"Ia. Hallo, Pak!" Jawabnya.
"Oh, setengah jam lagi meeting nya akan dimulai?"
"Oke, oke. Sekarang juga saya langsung balik lagi, ke kantor!" Jawabnya lagi, yang kemudian langsung buru-buru menutup telepon tersebut.
"Mbok Ijah, Mbok!" Teriaknya.
"I_iya Den Alif, ada apa?" Mbok Ijah pun langsung buru-buru melangkah menghampirinya.
"Mbok Ijah, tolong bujuk Non Shanum supaya mau sarapan, ya!" Perintahnya.
"Sekarang ini sudah siang. Nanti Non Shanum sakit, lho!"
"Baik, Den." Jawab Mbok Ijah lagi dengan sigap.
"Mas berangkat ke Kantor lagi, ya." Alif pun langsung tersenyum dengan penuh perhatiannya, kepada Shanum.
"Jangan nakal lagi di rumah!" Pintanya, yang kemudian langsung mengusap-usap rambutnya kembali dengan penuh kasih sayang.
"Iiiiiihhh! Apaan, sih? Siapa juga yang nakal!" Gerutu Shanum lagi dalam hati, sambil terus cemberut. Sehingga Mbok Ijah yang melihatnya pun, tersenyum.
"Ya, udah. Mas berangkat dulu." Ucap Alif lagi.
"Assalamualaikum,"
"Waalakumsalam." Jawab Shanum, masih terus ketus.
Sedangkan Alif pun lagi-lagi hanya menanggapinya dengan senyuman. Kemudian, Ia pun langsung buru-buru melangkah ke luar lagi dari dalam rumahnya, menuju kantor.
Sebenarnya dari tadi, Ia itu memang sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Namun karena mendengar adanya kabar dari Pak Asep dan Mbok Ijah tentang keributan para Ibu-ibu Kompleks dengan Shanum istrinya, Ia pun langsung menyempatkan diri untuk pulang, untuk mengurus-urus semua masalah tersebut.