6. Dasar Ustadz m***m!

1305 Kata
DI KAMAR ALIF. Waktu menunjukkan pukul 09:00 malam. "Kamu belum bobo?" Tanya Alif yang baru saja pulang dari Kantor, kemudian masuk ke dalam kamar tersebut. "Apaan, sih. Pakai acara sok-sok perhatian segala lagi, nanya-nanya ke Shanum." Gerutu Shanum dalam hati, yang dari tadi terlihat terus terdiam dan cemberut duduk di atas ranjang. "Kenapaaa?" Alif pun dengan penuh perhatiannya, langsung melangkah menghampirinya. "Kamu masih kesal sama omongan Ibu-ibu yang, tadi?" Tanyanya. "Menurut Mas, gimana?" Shanum pun langsung menjawabnya dengan sewot. "Gila ya, Ibu-ibu di sini." Ia pun kemudian langsung ngoceh-ngoceh sendiri. "Pada sok-sokan paling suci. Ngerasa dirinya pada paling bener, paling ngerti agama, paling pintar." "Tapi nyatanya apa, coba?" "Cuma berlindung doang dari hijabnya!" "Mulutnya sendiri aja nggak bisa dijaga, dengan seenak jidatnya asal main ngata-ngatain Shanum, perempuan nggak punya sopan santun lah, jelek lah, kelakuannya minus lah, ini, itu," Shanum pun tak henti-hentinya terus ngoceh-ngoceh sendiri. Sehingga Alif yang mendengarnya pun, tersenyum. Kemudian, Ia pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar. "Daripada kamu marah-marah terus kayak gini, lebih baik sekarang kita Sholat berjamaah, yuk?" Ajaknya, yang membuat bibir bawel Shanum pun seketika langsung terdiam dan tidak bisa berkata-kata. "Tadi Mas mau Sholat, nggak sempat." Jelasnya. "Soalnya tadi Mas habis meeting di luar, dan selesai sekitar jam setengah sembilanan." Jelasnya lagi, yang kemudian langsung melangkah mendekat ke arahnya. "Daripada istri Mas yang cantik ini panik, udah malam tapi Mas nya nggak pulang-pulang, jadi tadi Mas sengaja deh, nggak mampir dulu untuk Sholat di Masjid." Godanya yang dengan percaya dirinya berbicara seperti itu, sambil tersenyum. Sehingga Shanum yang mendengarnya pun, seketika langsung tersenyum sambil memicingkan sebelah bibirnya. "Siapa juga yang panik?" Gerutunya dalam hati, yang Alif pun sudah sangat tau pasti jawaban itu yang akan keluar dari benaknya. "Panik juga nggak." Gerutu nya lagi, sambil terus cemberut. "Jadi tadi Mas langsung pulaaaang, dan lebih memilih untuk Sholat berjamaah bareng sama istri Mas yang cantik ini, di rumah." Godanya lagi, yang kemudian langsung tersenyum sambil menggandeng tangannya. "Ayo!" Ajaknya. "Iiiiiihhhh! Apaan, sih!" Shanum yang kesal pun langsung mengibaskan tangannya. Sedangkan Alif pun terlihat tidak marah sama sekali kepadanya. Ia lagi-lagi malah justru langsung menaggapinya dengan senyuman. Bahkan Ia pun tidak mau memaksakannya untuk Sholat, jika semua itu memang bukanlah kehendak dan keinginannya dari hati. Namun Ia yakin, dengan cara dan perlakuan yang Ia tunjukkan dan Ia berikan kepadanya sekarang ini dan seterusnya, suatu saat, lambat laun, pasti akan membuatnya tak sadar, jika ternyata sedikit demi sedikit Ia sudah mulai mengikuti ajaran-ajaran darinya. "Ya, udah. Mas Sholat dulu, ya." Alif pun langsung tersenyum kembali, sambil mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Ia pun langsung melangkah untuk mengambil air wudhu, kemudian langsung Sholat tepat di hadapannya di bawah ranjang yang sekarang ini sedang Ia duduki. Sehingga membuat hati Shanum pun entah mengapa, seketika langsung bergetar kembali. "Y_ya Tuhan," Ia pun langsung menggenggam erat baju di bagian dadanya, sambil terus terdiam dan terus terdiam memandangi dan merenungi disetiap gerakan-gerakan dari Sholatnya, dengan raut wajah penuh dengan dosa. "Salim!" Alif pun langsung mengulurkan tangannya untuk salaman, setelah Ia selesai dari Sholatnya. "Eh, s_salim ya?" Shanum yang tidak fokus sama sekali pun, sampai tak sadar langsung mengulurkan tangannya juga untuk salaman. "Cium!" Alif pun langsung tersenyum iseng, menyodorkan tangannya tepat ke bibirnya. "Iiiiiihhhh! Apaan, sih!" Shanum pun seketika langsung cemberut kembali, setelah Ia sadar dan terbangun dari bengongnya telah mencium tangannya. Sehingga Alif yang melihatnya pun, lagi-lagi tersenyum. "Ya, udah. Kalau kamu mau bobo, bobo aja, ya!" Perintahnya. "Mas masih banyak banget kerjaan." Ucapnya lagi, yang kemudian langsung menatap ke arah beberapa tumpukan berkas-berkas yang tersusun di atas meja kerjanya, yang masih berada juga di dalam kamar tersebut. "Ya, udah. Kalau Mas mau kerja, kerja aja!" Jawab Shanum, langsung sewot. "Lagian siapa juga yang mau bobo bareng sama, Mas." Jawabnya lagi, yang kemudian langsung buru-buru berbaring membelakanginya di atas ranjang tersebut. Namun baru juga Ia berbaring, tiba-tiba saja,,,,, "Y_ya Tuhan!" Shanum pun langsung teriak ketakutan, sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Lagi-lagi Ia pun mendengar adanya suara petir yang menyambar-nyambar cukup kencang. Sepertinya malam ini pun, hujan akan turun. "Heemmm," Alif pun lagi-lagi hanya menanggapinya dengan senyuman. Kemudian Ia pun langsung melangkah menuju meja kerjanya, dan langsung fokus dengan semua pekerjaan-pekerjaannya. Beberapa menit kemudian,,,, "Eeeeemmm, pake warna apa lagi, ya?" Ucap Shanum yang dari tadi malah justru terlihat sedang sangat asyik dan sibuk mengecat kuku-kuku cantiknya, duduk santai di atas ranjang. "Oh, iya. Yang ini aja, deh! Pasti kelihatan cantik deh, kalau pake warna yang ini." Shanum pun seketika langsung tersenyum, setelah Ia melihat salah satu warna cat kuku yang cocok untuknya, untuk memecat kuku-kuku cantiknya. "Tuuuh kan, bener. Cantik bangeeet!" Shanum pun langsung merengek-rengek sambil tersenyum-senyum sendiri kembali, setelah Ia berhasil mengecat kuku-kuku cantiknya itu. "Shanuuuuum, Shanum. Kenapa, sih? Kamu ini selalu terlihat cantik?" "Pakai warna yang ini, Cantik. Pakai warna yang itu, Cantik. Pakai warna yang itu juga, Cantik!" "Iiiiiihhhhh! Kesel deh!" Rengeknya lagi yang dengan sangat percaya dirinya, tiba-tiba saja langsung berbicara memuji-muji dirinya sendiri seperti itu. Sehingga membuat konsentrasi Alif pun, buyar seketika. Ia pun langsung tersenyum, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku labil istri manjanya itu. "Eeemmm, pake warna apa lagi ya, sekarang?" Shanum yang memang paling senang merawat bagian-bagian dari tubuhnya agar terlihat semakin cantik dan menggoda pun, terlihat terus asyik dan sibuk melanjutkan kembali aktifitasnya itu. "Kamu mau sampai kapan, main-main terus dengan kuku-kukumu, itu?" Alif pun langsung melangkah menghampirinya. "Ini tuh, udah malam." Ucapnya. "Besok kamu ke Kampus kesiangan, lho!" "Kamu nggak bisa bangun pagi, kan?" Tanyanya. "Mas Alif nggak usah takut! Nanti juga Shanum bobo, kok!" Shanum pun lagi-lagi langsung menjawabnya dengan sewot. "L_lagian kata siapa? Shanum nggak bisa bangun pagi?" "Shanum bisa kok, bangun pagi." Sanggahnya. "Tapi ini tuh, udah malam. Mau jam berapa besok kamu bangun?" Alif pun semakin tegas. "Lagian sekarang ini juga kamu belum Sholat, kan?" Tanyanya lagi, yang membuat Shanum pun semakin kesal. "Iiiiiihhhhh! Mas Alif tuh bawel banget, sih!" Rengeknya. "Nggak pagi, nggak siang, nggak malam. Ngomonginnya Sholat, Sholat, Sholaaaat, terus." "Iya. Nanti juga Shanum, Sholaaaat!" "Tapi nanti. Shanum lagi cat kuku duluuuu," Rengeknya lagi. "Lagian emang Mas Alif nggak mau, apa? Punya istri cantik?" Shanum yang tanpa sadar, akhirnya mengakui juga kalau sekarang ini Ia itu adalah istrinya. Sehingga Alif yang mendengarnya pun, seketika langsung tersenyum, dan langsung melangkah menghampirinya lebih dekat lagi. "Terus kamu maunya, buat pasangan suami istri, pengantin baru kayak kita ini, kalau malam-malam kayak gini tuh, ngomongin apa?" Alif yang dengan sengaja, malah justru langsung tersenyum iseng menggodanya seperti itu. "N_ngomongin, apa? M_maksudnya?" Shanum pun seketika langsung gugup dibuatnya. "Iya. Ngomongin, apa?" Jawab Alif lebih jelas lagi, kemudian langsung berbisik tepat di telinganya. "Ngomongin bagaimana indahnya rasanya bulan madu, kah? Ngomongin bagaimana nikmatnya rasanya malam pertama, kah? Atau ngomongin,,,,,," Alif pun seketika langsung terdiam, sambil tersenyum lebih iseng lagi berbisik lebih dekat dan lebih jelas lagi tepat di telinganya. "Bagaimana nikmatnya rasanya,,,,," "Iiiiiihhhh! M_mas Alif apaan, sih!" Shanum yang sudah bisa menebak apa yang hendak Ia ucapkan pun, langsung buru-buru mendorong tubuhnya. "D_Dasar Ustadz, m***m!" Ucapnya lagi, yang kemudian langsung buru-buru melangkah menjauh darinya. Sehingga Alif yang melihatnya pun, tersenyum. "Satu lagi!" Ia pun malah justru langsung menarik tangannya, dan langsung kembali melangkah mendekatinya. Kemudian Ia pun langsung terdiam, sambil tersenyum kembali memandangi betapa cantiknya jari-jari dan kuku-kukunya itu, yang sekarang ini sudah sangat indah berwarna merah merona. "Kalau malam ini kamu memang beneran mau Sholat, tolong kamu hapus cat kukumu ini, ya!" Pintanya, dengan pelan dan penuh perhatiannya. "Nanti Sholat kamu, nggak sah!" Terangnya. "Iya, ih!" Shanum pun langsung menjawabnya dengan sewot. "Lepasin tangan Shanum! Bawel banget sih jadi suam,,,,,,,," "Y_ya Tuhan!" Shanum pun seketika langsung teriak ketakutan, dan langsung saja refleks memeluknya dengan sangat erat. "S_Shanum takut, Maaaaas!" Rengeknya. "S_Shanum takuuuut!" Rengeknya lagi sambil terus memeluknya semakin erat lagi. Karena lagi-lagi, Ia pun mendengar adanya suara petir yang menyambar-nyambar cukup kecang, beserta dengan hujan deras yang kemudian langsung ikut turun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN