2. Pernikahan

1059 Kata
Pagi pun tiba,,,,,,,, MASIH DI RUMAH PAK SURYO. Terlihat sebuah acara resepsi pernikahan yang cukup sederhana, yang hanya dihadiri oleh pihak keluarga saja. Bahkan Alif sebagai calon mempelai pria pun hanya membawa salah satu dari Om nya, yaitu Om Edo, dan Pak Anwar yang tak lain adalah sesepuh Ustadz atau guru agama dari sebuah Majelis Ta'lim yang Ia dirikan di kompleks perumahannya, untuk dijadikan saksi atas pernikahannya. "Hiks,, hiks,, hiks,," Suara tangisan dari Shanum, setelah Ia selesai dirias oleh seorang MUA. "Maafin aku ya, kak!" Ucapnya sembari memandangi foto Reza kekasihnya, di dalam ponselnya. "Aku benar-benar udah nggak tau lagi, hiks,, hiks,, dengan apa jadinya nasib hubungan kita nanti, hiks,, hiks,, setelah aku ini menikah dengan laki-laki b******k, yaitu Pak Ustadz Alif." Shanum yang dari semalam tak henti-hentinya menyebutnya dengan panggilan kasar seperti itu. "Lho lho lho! Kok anak cantik mamah ini malah nangis lagi, sih?" Ucap Ibu Riska yang tiba-tiba saja datang dan masuk ke dalam ruangan tersebut. "Ayo, Sayang. Siap-siap!" Perintahnya. "Dari tadi, Pak Ustadz Alif beserta para saksi dan juga Pak Penghulu, sudah datang dan sedang menunggu-nunggu kamu lho, Sayang." Jelasnya. "Hiks,, hiks,, hiks,,," Shanum pun lagi-lagi hanya bisa menangis dan terus menangis. "Udah sayang, hapus air matanya! Nanti Papah marah lho, kalau ngeliat anak cantik Papah ini nangis terus kayak gini." Ucapnya lagi, yang kemudian langsung mencoba untuk membantunya menghapus air matanya. "Ayo!" Ibu Riska pun kemudian langsung menggandeng tangannya, dan langsung mengajaknya melangkah menuju di mana tempat Ijab Kabul tersebut berada. Setelah mereka berdua sampai di tempat Ijab Kabul tersebut, Shanum pun langsung terdiam sambil menundukkan kepalanya. Ia berusaha untuk terus menahan tangisannya dan menahan air matanya agar tidak terjatuh. Perasaannya sekarang ini benar-benar sudah tidak karuan lagi rasanya, dan benar-benar sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata karena saking sedihnya. Sedangkan Alif pun malah justru langsung menyambutnya dengan senyuman penuh dengan kehangatan. Terlihat jelas di raut wajahnya, jika sekarang ini Ia benar-benar berharap, kalau-kalau Shanum, seorang gadis cantik yang sedang berdiri mengenakan gaun pengantin cantik nan anggun di hadapannya itu, adalah calon pendamping yang tepat untuk menemani hidupnya sampai akhir hayat nanti, yang kelak juga akan bisa menjadi bidadari surga untuknya. "Iiiiiihhh! Apaan, sih?" Shanum pun langsung membuang muka dengan sinis, saat Ia melihatnya menyambutnya seperti itu. "Ayo, sayang!" Ibu Riska pun lagi-lagi langsung menggandeng tangannya, dan mengajaknya untuk duduk tepat di samping Alif calon menantunya. "Hmmmm," Alif pun langsung tersenyum dengan sangat ramah, saat pertama kali Ia duduk berjejeran dengannya. "Baik, apakah semuanya sudah siap?" Tanya Pak Penghulu dengan secara tiba-tiba. Sehingga Alif yang mendengarnya pun, seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar. Terlihat jelas di raut wajahnya, jika sekarang ini adalah momen-momen yang sangat berarti dan sangat-sangat sakral untuknya, yang benar-benar tidak akan pernah bisa Ia lupakan dalam seumur hidupnya. "Sudah, Pak. Semuanya sudah siap." Pak Suryo pun langsung menjawabnya dengan tegas. Sehingga Shanum yang mendengarnya pun, seketika langsung ikut menghela nafas pelan dan membuangnya kasar. Ia benar-benar tidak menyangka, kalau sekarang ini adalah hari tersial dalam hidupnya. "Baik. Jika memang semuanya sudah siap, acara Ijab kabulnya akan segera saya mulai." Jelas Pak Penghulu tersebut, yang kemudian langsung memulainya. "Hiks,, hiks,, hiks,," Shanum pun seketika langsung nengeluarkan suara tangisannya, karena Ia benar-benar sudah tidak bisa menahannya lagi. "Sssstttt! Sayaaaang," Ibu Riska pun langsung mengusap-usap punggungnya dari belakang, mencoba untuk menenangkannya. "Bagaimana saksi? Sah?" Ucap Pak Penghulu tersebut lagi, setelah Ia berhasil menikahkannya. "SAAAAAAH!" Jawab semua para saksi yang ada di dalam ruangan tersebut, secara bersamaan. "Alhamdulillaaaah! Akhirnya, sekarang ini kalian berdua sudah syah menjadi sepasang suami istri." Pak Suryo dan Ibu Riska pun langsung tersenyum dengan raut wajah yang sangat bahagia. "Ia, Lif. Selamat, ya!" Timpal Pak Ustadz Anwar yang juga ikut tersenyum. "Akhirnya, Pak Ustadz Alif sekarang sudah syah mempunyai seorang istri." Godanya. "Ia. Akhirnya keponakan Om sekarang bukanlah bujang lapuk lagi." Timpal Om Edo, yang juga langsung ikut-ikutan menggodanya. Sedangkan Alif pun hanya menanggapinya dengan senyuman. "Terimakasih Pak Ustadz Anwar, Om Edo, Papah Suryo, dan juga Mamah Riska, atas ucapannya." Ucapnya, yang kemudian langsung tersenyum lagi menatap ke arah Bidadari Surganya, yaitu Shanum istrinya. "Hiks,, hiks,, hiks,," Shanum pun dari tadi malah justru terus menangis dan terus menangis tiada henti. "Salim dulu!" Alif yang dengan penuh perhatiannya langsung saja menawarkannya seperti itu, sambil mengulurkan tangannya untuk salaman. Ia benar-benar tidak tahu sama sekali, jika pernikahannya itu dengannya, ternyata adalah keterpaksaan untuknya. Dengan berat hati, Shanum pun akhirnya salaman dengannya, dan kemudain mencium tangannya. Alif pun tersenyum, dan kemudian langsung mengecup keningnya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Malam pun tiba,,,,,, "Hiks,, hiks,, T_tapi Shanum nggak mau Pah, Mah. Hiks,, hiks,, kalau Shanum harus pindah secepat ini ke rumah, hiks,, hiks,, Mas Alif." Shanum yang dari tadi terus menangis, apalagi saat Ia tahu kalau ternyata malam ini juga Ia harus langsung ikut pindah ke rumah Alif suaminya. "Sayaaaang, kamu nggak boleh kayak gitu." Ibu Riska pun langsung mencoba untuk menasehatinya. "Sekarang kamu ini kan sudah syah menjadi istri Pak Ustadz Alif. Jadi ke mana pun Pak Ustadz Alif tinggal dan Pak Ustadz Alif pergi, sebagai istri yang baik, kamu harus mau mengikutinya." Ucapnya. "Ia, sayang. Lama-lama juga kamu nanti pasti akan terbiasa, tinggal satu rumah dengannya." Timpal Pak Suryo yang juga langsung ikut menasehatinya. "Iya. Kamu tenang aja, ya!" Alif pun langsung ikut menasehatinya sembari tersenyum. "Meskipun nanti kamu sudah pindah dan tinggal di rumah Mas, tapi kamu masih tetep bisa kok, beraktivitas seperti biasa." "Kamu masih bisa kuliah seperti biasa dengan teman-temanmu, dan kamu juga masih bisa berkunjung untuk menemui Mamah dan Papah di Rumah ini sesuka dan sepuasmu, asalkan semua itu masih dalam batas kewajaranmu sebagai seorang Istri." Jelasnya. "Ia, sayang. Kamu denger kan, apa kata,,,," belum juga sempat Ibu Riska menyelesaikan ucapannya, namun sudah terpotong. "Maaf, Pak Alif!" "Semua barang-barang Non Shanum sudah selesai saya bereskan dan saya masukkan ke dalam mobil, Bapak." Ucap Pak Tono supir pribadi Alif. "Oh, iya, Pak. Terimakasih." Jawabnya. "Ya udah ya, Pah, Mah. Sekarang Alif izin bawa Shanum untuk ikut pindah dan tinggal di rumah Alif." Ucapnya lagi. "Hiks,, hiks,," Sedangkan Shanum pun dari tadi malah justru terlihat masih terus menangis. "Iya, Nak Alif. Hati-hati, ya." Jawab Pak Suryo dan Ibu Riska. "Mamah sama Papah nitip, Shanum."Imbuhnya. "Iya, Pah, Mah." Jawab Alif lagi, yang kemudian langsung melangkah menuju mobilnya bersama dengan Shanum istrinya. Setelah mereka berdua sampai di dalam mobil tersebut, Pak Tono pun langsung buru-buru melajukannya menuju rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN