Flo mengayunkan tangannya, menepuk lengan Bian yang terus saja menggodanya. Meski tahu kalau yang dikatakan pria itu hanya bercanda tapi tetap saja berhasil membuatnya bergidig ngeri. Membayangkannya saja tidak sanggup, apalagi jika benar-benar terjadi. “Bercanda Flo. Tapi kalau kamu mau, kita bisa lakukan.” “Kalau kamu terus ngomong m***m, mending aku balik ke Nusa Dua lagi,” Flo merajuk. Tangan Bian terangkat, mengusap pucuk kepala Flo. “Mana berani aku melakukan hal sejauh itu, Flo. Kamu harus tau, kata-kataku yang seperti ini, bukan berarti isi otakku selalu kotor. Aku sangat menghargai kamu sebagai wanita, jadi aku nggak akan menyentuh lebih jauh kalau kamu belum siap. Ingat Flo, aku pernah punya kesempatan tapi nyatanya aku tidak memanfaatkan situasi malam itu.” “Bukan perkara be