52

1326 Kata

    Di ruang makan Arsa memangku dagu dengan kedua tangan bertumpukan meja. Laki-laki itu begitu serius mendengarkan celotehan sang putri. Mencoba menjadi pendengar yang baik agar Isyana kecil menjadi pribadi yang percaya diri karena adanya respon positif dari lawan bicaranya.     “Seru banget Papa.” pekik gadis kecil Arsa.      “Oh ya?! Memang kemarin Oma ajak Isya ngapain aja?!” hal ini Arsa jadikan pancingan agar Isyana lebih aktif dalam menggali ingatannya. Ia menginginkan sang putri terbuka sejak dini agar kelak ketika kesayangannya telah dewasa, mereka akan tetap dekat, tak memiliki tembok raksasa seperti Ariana dan papa mertuanya.      “Oma ajak Isya main ke rumah Om Dip.” Tiba-tiba saja ekspresi Isyana berubah. Binar dimata gadis kecil Arsa meredup kala menyebut nama sang abang.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN