Arsa menghembuskan nafas. Ia melihat Ariana yang saat ini sedang menidurkan anak mereka. Pembicaraan mengenai resign-nya yang istri menyita seluruh energi Arsa. Laki-laki itu sendiri tak yakin jika istrinya akan dengan mudah menerima keputusan keluarga mereka. Berhari-hari sudah Arsa memikirkan cara yang tepat untuk mengkomunikasikan hal tersebut. Arsa bangkit dari sofa kamarnya demi melihat si kecil. “Udah bobok?” Ariana mengangguk menjawab pertanyaan Arsa. “Biar aku pindahin ke ranjang sebelah ya. Kasihan adek kalau kakak nanti tendang-tendang.” Ya.. Mereka telah sepakat untuk membiasakan diri memanggil Isyana dengan sebutan kakak. Dua hari lalu Ariana diperbolehkan untuk pulang dengan banyak sekali catatan. Salah satunya pengkonsumsian vitamin secara rutin dan pengurangan kegiatan ya