"Papah Geyol.." Arsa menghentikan jemarinya di atas keyboard laptop. Ia mengulum bibir sembari mencoba menatap Isyana dengan tatapan seteduh mungkin. Memang biadab Pradipta Darmawan itu. Karena sang abang, Isyana kini memanggilnya dengan sebutan memalukan. "Papah Geyol, Isya laper. Pengen maem ayam krispi, boleh?!" tanya Isyana manis. Gadis itu memasang wajah yang tak mungking Arsa tolak. “Boleh ya Papa Geyolnya Isya?!” Arsa menutup mata. Ingin sekali ia gigit pipi tembang sang putri, lalu membisikan kata jika gadis cilik itu tak boleh memanggilnya dengan sebutan laknat yang baru saja anak itu sebutkan. Arsa terlalu takut melukai hati Isyana. Andai bukan darah daging sendiri, ingin Arsa pukuli saja. "Boleh Sayang. Se'outletnya Isya boleh beli." Akhirnya hanya itu yang keluar dari bibi