Sesampainya di rumah Sandra, adzan subuh menggema dari toa masjid. Aku melepas jaket pemberian Sky dan berdiri mematung di depan cermin. Kutatap wajah yang dipoles dengan make up serta tubuh yang melekuk dengan gaun serba terbuka. Aku seperti orang asing yang kehilangan jati diri. Kulepaskan gaun tipis itu, lalu beranjak ke kamar mandi. Air dingin membasahi sekujur tubuhku. Aku berdiri menengadah, membiarkan percikan air dari shower menghujaniku, memadamkan rindu yang bergejolak pada Sky. Usai mandi aku mengeringkan rambut, lalu turun ke bawah mencari makanan untuk mengisi perut. Perutku terasa lapar, mungkin karena begadang semalaman. Nasi goreng sudah terhidang di atas meja, bik Tuti sedang sibuk membersihkan bekas alat masak. “Pagi, Bik!” “Pagi, Mbak Aila. Sudah bangun, apa belum tid