Bab 11. Mau Kak Hanna

1046 Kata
Santi tersenyum pada Anindya. Dia tahu pasti anak itu anak menanyakan padanya perihal keberadaan Hanna karena tadi malam dia tidak tahu jika pengasuhnya sudah dipecat. "Kak Hanna katanya lagi pulang dulu ke rumahnya. Tapi enggak bilang kapan ke sini lagi." Santi berbohong agar anak itu tetap mau beraktivitas seperti biasa. "Yaaah, enggak ada kak Hanna enggak seru." Dengan perasaan malas gadis kecil itu turun dari ranjang untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Selesai mandi dia memakai pakaian. "Terus aku dianter siapa kalau enggak ada kak Hanna?" "Sama mbak Santi aja, ya? Mau?" "Ya udah deh. Sama Mbak Santi aja." Seketika Anindya malas untuk melakukan apa pun. Selesai berpakaian, rambutnya disisir dan diikat oleh Santi. Dia kecewa dengan hasil ikatan rambut Santi. "Enggak ada kak Hanna, iketan rambut aku jadi enggak bagus. Emang Mbak Santi enggak bisa ya ngiket rambut kayak kak Hanna?" Santi menggeleng. "Enggak bisa Non. Sementara ini enggak apa-apa, ya, rambutnya diiket kayak gitu dulu?" "Ya sudah deh." Anindya pasrah. "Ayo turun, Non Anin harus sarapan dulu. Terus berangkat ke sekolah." Santi membawa tas sekolah Anindya lalu mengajaknya menuju meja makan. Gadis kecil itu duduk di kursi tetapi selera makannya sudah lenyap karena tidak ada yang membuatnya menjadi semangat untuk makan. Di meja itu juga sudah ada papanya yang menemaninya sarapan. Anindya hanya makan sedikit. Beberapa gigitan roti. Bayu menyadari jika anak gadis kesayangannya berubah. Dari wajahnya sudah terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. "Kok sarapannya cuma sedikit?" "Rotinya enggak enak." "Kenapa? Itu roti yang sama dengan yang biasa kamu makan. Biasanya sarapannya semangat dan banyak. Kok hari ini jadi males?" "Karena enggak ada kak Hanna, jadi males sarapan. Biasanya kalau ada kak Hanna ada yang ngajakin balapan makan roti." Gadis kecil itu makin tidak bersemangat setelah bercerita. "Balapan sama papa aja, mau?" Bayu ingin membuat anaknya bersemangat makan lagi. "Enggak mau ah. Males. Papa enggak asyik. Kapan sih Pa kak Hanna balik ke rumah ini? Aku kangen sama kak Hanna. Papa kok ngebolehin kak Hanna pulang ke rumahnya?" "Kak Hanna enggak pulang ke rumahnya, tadi malam dia papa pecat karena mecahin guci kesayangan nenek." "Papa jahat sama kak Hanna. Kak Hanna tuh enggak salah, yang nyenggol guci itu, kan aku. Kenapa jadi kak Hanna yang dipecat?" "Tetap salah kak Hanna karena dia enggak bisa jagain kamu dengan baik." Di mata Bayu, Hanna kan selalu salah. "Tapi Papa mestinya enggak mecat kak Hanna. Pokoknya aku mau kak Hanna kerja di rumah ini lagi." "Enggak bisa, Sayang. Papa enggak mau kak Hanna kerja di rumah ini lagi." "Ya sudah. Aku enggak aku sekolah sampai kak Hanna kerja di rumah ini lagi." Baru kali ini Anindya membuat pusing Bayu. Selama ini dia selalu bersikap manis. Namun, kali ini dia memaksa agar Hanna kembali bekerja di rumah itu. "Maaf ya, Sayang, papa enggak bisa mengabulkan permintaan kamu. Papa akan cari pengasuh lain yang lebih baik dari kak Hanna, ok?" "Enggak mau. Aku cuma mau Kak Hanna!" Gadis kecil itu bangkit berlari ke kamarnya. Dia kunci kamar itu dari dalam. Anindya naik ke ranjang, menempelkan kepalanya di bantal dan menangis di sana. Bayu menyusul ke kamar. Mencoba membuka pintu tapi terkunci. Dia mengetuk pintu dan membujuk anak kesayangannya. "Buka pintunya dong, Sayang. Papa mau masuk, mau ngobrol sama kamu. Papa janji besok papa bawa pengasuh baru buat kamu, ya?" "Aku enggak mau. Pokoknya aku cuma mau kak Hanna," teriak Anindya dari dalam. Bayu terus membujuk Anindya tetapi gadis itu tidak mau membuka pintu kamar dan terus menolak saat pria itu menawarkan pengasuh baru. Akhirnya Bayu menyerah. Anindya kali ini tidak bisa dia bujuk. Pria itu menuju dapur mencari Santi. "Titip Anin ya, Mbak, nanti siang tolong dibujuk supaya mau makan sama malam juga. Saya akan telepon pihak sekolah untuk meminta izin." "Baik, Tuan. Oh ya, saya boleh ngomong sesuatu enggak, Tuan?" "Mau ngomong apa?" "Apa enggak sebaiknya Tuan pertimbangkan supaya Hanna kerja di sini lagi. Baru kali ini non Anin suka sama pengasuhnya. Tuan enggak kasian sama non Anin?" "Tidak. Kamu jangan ikutan kayak Bagas, coba membujuk saya supaya Hanna kerja di sini lagi. Saya tidak mau anak saya diasuh oleh perempuan kampung seperti Hanna. Masalah Anin, nanti lama-lama dia juga lupa kalau pernah bertemu dengan Hanna. Ingat jangan pernah menyebut nama Hanna lagi di rumah ini atau kamu saya pecat!" Bayu mengancam Santi. Pembantunya itu hanya bisa menghela napas dengan kasar melihat sikap majikannya. *** Bagas sedang sarapan pagi di rumahnya bersama Hanna. Pikiran Hanna terus membayangkan apa yang terjadi pada Anindya. Dia khawatir gadis kecil itu mencarinya karena tadi malam dia tidak pamit. "Apa kabar non Anin pagi ini, ya? Dia semangat sekolah enggak, ya?" Hanna terus memikirkan Anindya. "Biasanya dia semangat selalu ke sekolah. Udah kamu jangan terlalu khawatir dengan Anin. Dia pasti tetap ceria dan semangat." "Non Anin itu selalu bikin kangen, ya, Mas? Senyumnya manis banget. Dia tuh sebenarnya mirip siapa sih?" Bagas membayangkan wajah Anindya. "Wajahnya perpaduan papa dan mamanya. Tapi lebih dominan wajah mamanya." "Oh ya, boleh tanya sesuatu enggak, Mas?" "Boleh. Tanya aja." Bagas terbuka dengan apa pun pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Hanna. "Sebenarnya mamanya non Anin itu masih ada apa enggak?" Hanna bertanya dengan hati-hati karena dia ingat ucapan Santi yang tidak boleh bertanya soal mama kandung Anindya. "Mamanya Anin? Dia pergi meninggalkan Anin tiga bulan setelah melahirkan." Mata Hanna membulat mendengar ucapan Bagas dan membuatnya semakin penasaran. Ingin bertanya lebih banyak. "Kok bisa, Mas? Alasannya kenapa?" "Mantan istri Mas Bayu itu artis terkenal loh, main sinetron di mana-mana. Mereka menikah tanpa ada satu pun media yang tahu. Setelah menikah Mbak itu masih main sinetron sekali. Terus pas hamil dia cuti, alasannya mau liburan ke luar negeri selama setahun. Setelah melahirkan dia minta cerai sama Mas Bayu. Awalnya Mas Bayu enggak mau, lama kelamaan dia pasrah dan setuju tapi dia minta hak asuh Anindya." "Aku penasaran siapa artis terkenal itu? Apa aku pernah lihat di TV?" "Mungkin saja, dia kan selalu muncul di TV. Di sinetron dan acara lainnya." "Tolong kasih tahu namanya atau paling enggak kasih clue dong Mas, orangnya yang mana?" "Rahasia. Tapi suatu hari nanti pasti kamu juga bakalan tahu kok." "Jangan-jangan Mas Bagas enggak nikah karena lihat pernikahan Mas Bayu, ya?" "Bisa dibilang iya tapi bisa juga dibilang enggak." "Yah kok enggak jelas sih jawabannya? Atau jangan-jangan tuan Bayu berubah karena cerai dengan mantan istrinya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN