Dea “Wah, akhirnya sampai Jakarta juga,” gumamku siang itu ketika akhirnya aku dan Mas Danish sudah berada di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. “Supir papa udah nunggu di pintu keluar, De,” ucap Mas Danish sambil menggenggam tangan kananku. “Oke.” “Dhafin masih bobok, ya?” “Iya, masih, Dhafin kalau urusan bobok nomor satu, ngalahin papanya,” ujarku sambil membenarkan tali gendongan bayi yang sempat melorot. Mas Danish langsung terkekeh, lalu detik berikutnya mengajakku keluar dari Bandara. Benar saja, begitu kami keluar, kami sudah disambut seorang laki-laki paruh baya yang memperkenalkan dirinya sebagai supirnya Papa Juna, namanya Pak Surip. Setelah Pak Surip selesai meletakkan barang bawaan kami di bagasi, kami langsung ber