Danish “Mas Daniiish!” aku terkejut ketika mendengar Dea berteriak sangat keras. Aku yang saat ini sedang pakai headset bahkan bisa mendengarnya dengan jelas. “Mas Daniiish! Di mana kamu, mas?!” Kali ini aku langsung melepas headsetku, lalu segera keluar dari ruang kerja untuk menyusul Dea. Ini kenapa sih, isrtriku teriak-teriak? “Ada apa, De?” tanyaku begitu keluar dan melihat Dea sedang jongkok di karpet bulu yang ada di ruang tengah. “ITU LIHAT! POKOKYA AKU MARAH!” Mataku langsung mendelik begitu Dea berdiri dan tampaklah Dhafin dengan kondisi ‘mengenaskan’. Dhafin yang belum ada dua jam dimandiin Dea, saat ini badannya sudah penuh dengan tinta milik Dea yang tadi tergeletak di meja dekat Dhafin main mobil-mobilan. Belum lag