Dari balik cadar, Zia tersenyum. “Turunkan telunjukmu itu. Di sini banyak CCTV. Akan lebih mudah bagi saya mengumpulkan bukti lebih banyak untuk memberatkanmu. Pulanglah, sesekali lihat wajah suamimu yang tengah tertidur, suami yang kamu sia-siakan selama ini demi mengejar pria yang nyata-nyata menolakmu. Sesekali, lihatlah kebaikan suamimu karena dari cerita Mas Faruq, suamimu orang baik. Pulanglah, bicara dari hati ke hati dengan suamimu. Saya yakin semuanya masih bisa diperbaiki." "Bu Latifa, jaga wibawamu. Jangan merendahkan diri dengan mengejar pria yang tidak mau kamu kejar. Saya pamit. Assalamualaikum.” Zia pergi meski Latifa belum menjawab salamnya. Ia kembali masuk ruang inap Faruq dan duduk di samping ranjang. Wanita itu memijat kening, lalu menutup wajah dengan telapak tanga