Zia hanya tertawa. “Aku nggak ikut campur, Mas. Itu murni akal-akalan Mbak Farah.” “Nah, itu biang keroknya datang,” kata Faruq saat melihat Farah masuk. Tawa Farah menggelegar. “Tapi sumpah insting suamimu itu kuat banget, Zi. Dia tahu aja kalau mereka itu bukan kamu.” “Iyalah, tiap hari dikeloni. Radius puluhan kilometer aja aku bisa nyium di mana istriku!” "Halah, lebay!" Zia yang kesulitan memakai sepatu hak tinggi, ikut tertawa. “Mas, aku nggak nyaman pakai ini. Pakai sepatu flat aja, ya?” “Iya. Senyamanmu aja. Nanti kamu bakalan dipajang lama, kalau nggak nyaman malah sakit semua. Lagian, gaunmu sudah menutupi kaki. Jadi aman,” ucap Farah. “Mbak, lalu siapa dua wanita yang Mbak sodorkan ke aku tadi?” “Putri, saudara tiri Zia dan Alula.” “Loh, Alula bisa pulang?” Alula adal