Zia terbangun saat suara azan Subuh dari masjid dekat rumah terdengar. Ia menoleh. Wajah tampan suaminya yang masih terpejam, menyambut. Wanita itu tersenyum kala teringat apa yang sudah terjadi tadi malam sampai keduanya tidur karena kelelahan. Wanita itu memberanikan diri meraba wajah sang suami. Hidung mancung, mata teduh, dan rahang kokoh yang dibingkai sempurna dalam wajah rupawan. Tidak terasa, air matanya menitik. Dulu, Zia pernah disuguhi sepiring talak di pagi hari oleh Satria. Kini, di pagi ini, ia disajikan secawan madu di pernikahan keduanya. Kata-kata dan perlakuan manis Faruq semalam, benar-benar membuatnya bertualang menerobos, melayang, pertama kali di surga dunia. Wanita itu berharap, cukup madu sebenarnya yang selalu ia rasakan, bukan madu dalam arti wanita kedua. “Mas