Zia bangkit sambil mengikat cadarnya. Ia membuang muka, menyembunyikan air mata yang tidak sopan jatuh setetes. Tidak disangka, pernikahan kedua pun tampaknya tidak berjalan mulus. Ketika hendak melangkah, tangan Faruq menariknya hingga tubuh wanita itu jatuh di pangkuan. "Kenapa dipakai lagi cadarnya, hm?" bisik Faruq sambil melepas kembali cadar, lalu memeluk erat istrinya. "Saya tahu Pak Faruq kec–" Ucapan Zia terpotong karena Faruq melancarkan aksi secara tiba-tiba. Bibir wanita itu dibungkam dengan ciuman begitu lembut. Zia tidak bisa melepaskan diri karena tangan kanan Faruq memegang kepalanya. Meski begitu, ada respons alami dari wanita itu. Ia melenguh. Cium*n itu diiringi air mata Zia yang menerobos, seolah-olah ikut menjadi saksi. Zia terus berusaha melepaskan diri, tetapi ga