Dengan jari jempol, Zia meraba cincin yang tersemat di jari manisnya. Itu bukan cincin pemberian dari Lukman, tetapi cincin imitasi dari anak bungsu Yuli. “Tante Zi, aku tadi beli cincin di sekolah. Katanya Tante mau pergi dari sini. Ini buat kenang-kenangan,” ujar bocah itu. “Wah, terima kasih, Cantik.” Tentu saja dengan senang hati Zia menerima dan meminta anak itu memasangkan sendiri di jarinya langsung. Saat dipasangkan di jari tengah, tidak muat. Alhasil, cincin itu bertengger di jari manisnya dan itu membuat Faruq salah paham. Zia terduduk di ayunan bekas Faruq duduk. Aroma parfum pria itu masih tertinggal di sana. Air mata wanita itu terus berderai. Entah mengapa untuk saat ini ia hanya ingin menangis. Matanya menyorot kosong, tetapi pandangannya terhalang air mata. Farah tidak