"Menikahlah dengan saya. Secepatnya.” Faruq mengulang. "Awh." Ia mendesis menahan sakit. Sesekali ia terpejam. “I-iya, Pak. Asal Bapak sembuh dulu.” Zia sudah tidak berpikir panjang mengenai dampak perkataannya. Di pikirannya, hanya ada harapan kesembuhan untuk Faruq. “Terima kasih.” Faruq lalu mengangguk ke arah Farah, tanda ia sudah selesai bicara. Farah keluar dari ruang IGD di mana Faruq masih ditangani. Panggilan masih belum dimatikan. Di luar, Farah dan Zia melanjutkan percakapan. Zia dan Farah memang sudah bertukar nomor ponsel pada pertemuan sebelumnya hingga bisa berkomunikasi sekarang. “Apa yang terjadi sama Pak Faruq sebenarnya, Bu?” tanya Zia sambil terisak. “Pas berhenti di lampu merah, ada pohon tumbang dari samping kiri yang mengenai mobilnya.” “Ya Allah. A-apa Pak