Bab 117. Samira

1504 Kata

Pagi hari, Fariz sudah diajak jalan-jalan oleh Faruq ke sekeliling hotel. Dua pria beda usia tersebut terlihat sangat menikmati kebersamaan. Seperti biasa, bocah itu sangat mudah beradaptasi dengan orang baru. “Lihatlah! Mereka sudah sangat cocok jadi bapak dan anak,” seloroh Farah sambil memperhatikan keduanya. Ia duduk bersama Zia di sebuah gazebo. “Bu, saya merasa kerdil untuk Pak Faruq. Apa nanti tanggapan orang-orang kalau–“ “Yang menjalani kalian, jangan dipikirkan omongan luar,” potong Farah. “Apa keluarga kalian nanti tidak malu menerima saya? Dari segi apa pun, saya tidak layak untuk beliau.” Zia menunduk. “Keluarga inti Faruq hanya saya. Ayah dan mama kami sudah meninggal. Hanya ada pakde, bude, paklik. Dan saya tidak peduli tanggapan mereka.” “Zi, keluarga kami tidak menga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN