"Lagi nyari sesuatu?” Itu suara Afandi yang dari tadi memperhatikan, menghampiri Zia dan bertanya. “I-iya, Mas. Nyari anak saya.” “Wah, saya juga nggak lihat. Apa Mbak ingat sama saya?” Zia mengangguk. “Saya jelas ingat betul siapa-siapa saja yang telah menolong saya dari maut. Salah satunya Mas. Tapi maaf, saya lupa nama Mas.” “Saya Afandi, Mbak. Mulai sekarang tolong diingat, ya.” “Iya, pasti.” Zia terkekeh. “Apa kabar, Mbak?” “Alhamdulillah baik.” “Bagus, anaknya sakit, malah enak-enak berduaan di sini!” Suara menyebalkan Faruq yang seperti Jelangkung; datang tak diundang, pulang tak diantar kembali menyapa indera pendengaran Zia. "Ini rumah saya, jadi tolong jaga sikap. Saya tidak mau rumah saya jadi tempat maksiat," lanjut Faruq. “Maaf, saya tidak sedang pacaran, tidak maksi