“Uhuk!” Faruq terbatuk-batuk karena tersedak air liurnya sendiri. “Kenapa, Mas? Butuh air?” tanya Latifa. “Enggak. Tadi leher saya hanya kena tinju tangannya Fariz,” jawab Faruq berbohong. Ia menggeleng sambil masih terus mengelus Fariz. "Memangnya, Afandi pernah lihat wajah Zia sampai bisa jatuh cinta? Aneh.” Faruq mulai kepo. Pria sedikit tersenyum. Pertanyaan itu juga berlaku untuknya. Ia tidak pernah melihat wajah Zia saat sehat. Dulu memang pernah melihat sekilas saat sakit dan pucat. Namun, bisa-bisanya menaruh rasa suka? Apakah itu bisa disebut definisi suka tanpa memandang rupa? Terdengar aneh memang dan nyatanya Afandi juga merasakan hal serupa. Latifa menggeleng. “Enggak. Naluri katanya. Ia yakin kalau Zia itu cantik. Buktinya, anaknya saja seganteng ini.” “Sepupumu itu be