Zia ingin sekali menimpali perkataan tersebut, tetapi ia menahan diri. Sebagai pendatang baru, wanita itu tidak mau membuat masalah. Baru datang, tidak mungkin langsung baku hantam. Untuk saat ini, ia harus banyak memupuk rasa sabar. Baru saja ia berpikir ini tempat ternyaman, agaknya pemikiran itu sedikit salah. Sebab, di mana pun pasti ada aral rintangan. “Anis, Zia akan sekamar sama kamu. Tolong nanti kamu tunjukkan dan temani dia. Zia baru lahiran cesar dan ada luka jahitan di dadanya. Jadi, seperti biasa kalian harus saling bantu.” Suara Dewi mengalihkan atensi Zia. Wanita yang dipanggil Anis mengangguk. Anis adalah orang sama yang bergosip tidak sedap tentang Zia tadi. ‘Aku harus meningkatkan stok kesabaran sebab sekamar dengan orang yang sepertinya tidak menyukaiku. Ah, semoga ng