Nilna benar-benar sudah pasrah meski rasa penasarannya belum terjawab. Sekarang, ia benar-benar lemah. Sekadar berteriak seperti sebelumnya pun tidak kuasa. Ujung benda tajam itu seolah-olah menari-nari siap mengajak Nilna berpesta. Pesta menyambut kematian. Nilna terpejam, menanti saat-saat eksekusi mati dilakukan para penjahat tersebut. Di pikirannya hanya ada nama Tuhannya yang berkuasa penuh. “Allah,” gumam Nilna sangat lirih. Yang terlihat hanya bibirnya saja yang bergerak. Dengan tangan gemetar, pria yang mengeksekusi, mulai menekan d**a Nilna dengan pisau. Darah segar seketika keluar dari sana. “Dia sudah sangat lemah, sebentar lagi juga ma*ti kehabisan darah. Semoga suara orang tadi tidak kembali.” Penjahat yang mengeksekusi berujar. “Cepet foto buat bukti ke bos! Setelah ini