“Pernikahan akan tetap dilakukan meskipun hari ini kiamat. Ada apa memangnya?” Zia menggeleng. “Apa penghulu sudah datang?” Faruq mengangguk. “Bahkan ijab kabul sudah dilaksanakan, tapi tanpa pengeras suara.” Keterkejutan Tuti bertumpuk-tumpuk. “Hah!” Zia tidak kalah terkejutnya. “Ya udah, ayo keluar. Ditunggu buat tanda tangan berkas dan buku nikah. Mari, Ma.” Faruq tersenyum ramah ke arah Tuti. Ia menyuruh Zia menggamit lengannya. Zia sebenarnya masih takut jika Latifa benar-benar membuktikan gertakannya. Ia mencengkeram lengan sang suami agak erat, mencari kekuatan dan ketenangan. Faruq tahu ada yang tidak beres. Itu akan diselesaikan nanti. “Mas tadi takut kamu kabur karena pintu kamarmu dikunci dari dalam. Perias dan Mbak Farah bingung. Kebetulan penghulunya datang, Mas berpik