Part 02: Alika Si Aktris Multitalenta

2029 Kata
"Kamu darimana aja sih Ka? Tau gak aku udah muter lima kali cariin kamu!!" Seorang lelaki berkacamata bening tampak ngos-ngosan di depannya. Alika bersedekap malas, "siapa suruh muter lima kali." Balasnya tak tau diri. "HEH! Aku cariin kamu karena takut ada paparazi. Tapi malah begini balesan nya? Bangke kamu Ka!!" Gadis mungil itu terdiam, yang tak lama ia jadi cekikikan sendiri. "Iya sih, aku kan aktris yang lagi naik daun. Pasti banyak yha yang kejar-kejar aku, hihi." Sombongnya membuat pemuda di depannya sudah mengumpat tanpa suara. Rizaldo Anggara, pemuda berumur 25 tahun yang kini berprofesi menjadi manager Alika. Memiliki perawakan mumpuni, dengan kulit coklat eksotis membuatnya tak jarang ditawari casting film oleh sutradara. Namun sayangnya Aldo tidak berminat sama sekali. "Sudah-sudah ayo cepetan kita masuk ke dalam, kamu belum ketemu sama Pak Arlan kan?" "Ha? Itu siapa emangnya? Males ah." Alika kipas-kipas menggunakan topi bundarnya, rasanya pengen lesehan sambil bobok cantik aja. "Jangan banyak alesan, ayo cepat!!" Aldo menyeret gadis ini secara paksa, membuat Alika seperti anak yang lagi dimarahi Bapaknya. Alika Mawarti Sudrajat, memang terlahir dengan badan mungil, kecil, sebut aja bantet. Tapi berhubung wajahnya baby face banget ia malah terlihat imut dengan cara nya sendiri. Alika pendek itu bukan karena gagal dalam pertumbuhan, tapi karena garis keturunan yang kurang diperbaiki oleh orang tuannya. Yaiyalah! Kedua orang tua Alika juga pendek-pendek, jadilah mereka keluarga kurcaci. "Eh Do, Pak Arlan itu emangnya siapa? Orang penting ya?" Keponya saat tubuhnya masih terseret-seret. Aldo menghela napas, "iyalah! Dia itu anaknya pemilik perusahaan ini, sekarang menjabat jadi CEO." "Wah keren!! Kalo ganteng harus aku gaet nih!!" Pletak! Aldo menyentil keras jidat gadis ini, "kerja aja yang bener, jangan neko-neko!!" Dengusnya. Alika mencibir pelan, namun tak lama gadis ini jadi mengerjap, memicing kearah Aldo. "ACIAAAA jangan bilang kamu cemburu nih!!!" Goda nya sambil menoel-noel pipi Aldo. "Ayo ngomong suka ke aku, cepet-cepet mumpung aku masih belum taken nih!!" Koarnya dengan tak tau malu. Aldo menggeleng pelan, sudah kebal dengan segala tingkah ajaib gadis ini. "Ngaca dulu sana sebelum ngomong!" Dengusnya kasar. Alika langsung merengut, tapi beneran mengeluarkan cermin dari sakunya dan melihat wajahnya sendiri. "Aku cantik kok!" "Tapi pecicilan, kekanakan, dan bedigasan. Bukan tipe aku banget!" Alika seketika melotot geram, mengulurkan tangan menjambak rambut Aldo. "A-A-A-A Aldo jelek-bego-g****k. Hiiiih!!!" Koarnya sambil mengayun-ayun kasar kepala Aldo. Aldo hanya pasrah terguncang-guncang, tak melakukan perlawanan sedikitpun. Setelah puas menjambak Aldo, Alika langsung menendang perutnya sampai membuat lelaki itu tergelempang jatuh ke lantai. Sadizzz... "Kayak gini kok katanya suka sama aku!" Cibir Aldo jadi meringis karena perutnya beneran ngilu. Alika memanyun kesal, mendelik dengan mata bundarnya. "Kamu sih tolak aku mulu, ini tuh udah penolakan kamu yang ke 345 kalinya tau!!" Benar saja, Alika memang sudah gencar menembak Aldo bahkan saat ia masih memakai popok dulu. Tapi naasnya Aldo selalu menolaknya. Hiiih!!! Dirinya yang imut, bahenol, takenol-kenol ini kurang apa coba?!! "Sudah-sudah kamu cepetan masuk, jangan banyak ngelantur." Aldo mengalihkan topik, menunjuk pintu kaca di depannya. "Kamu gak ikut?!" Protesnya. "Aku harus ngurus perubahan jadwal syuting kamu ke pihak agensi, kamu kan beberapa bulan ini gak bisa syuting." Jelas Aldo tenang. Alika mendengus, "kamu selalu gitu ah Do, masa aku sendirian yang masuk ke dalem? Kalo aku di apa-apain gimana?? Secara aku ini kan imut dan polos banget!!" Alika mengucapkannya dengan sungguh-sungguh, seolah dirinya merasa paling cantik tiada tara nya. Aldo melengos malas, tanpa banyak bicara ia mengetuk pintu di depannya dan melenggang pergi meninggalkan Alika begitu saja. Gadis itu tercengang! Beneran pengen tendang otongnya Aldo! "Masuk!" Alika tersentak, dengan tangan menahan gemetar ia mulai membuka pintu di depannya. Wajah pecicilan nya seketika berubah 180 derajat jadi anggun dan classy, emang yha bakat akting nya sudah mendarah daging. Suara high heels yang menyatu dengan lantai menjadi satu-satunya bunyi di ruangan gray-black itu. Namun suara itu hanya bertahan sesaat, tepat saat Alika melihat wajah orang di depannya. Alika mematung di tengah ruangan dengan wajah speechless yang tidak bisa di tutupi, di depannya seorang pemuda tampan juga sama syoknya. Keheningan langsung melanda diantara keduanya, seolah waktu berhenti berjalan. "KAMU!!" "ANDA!!" Alika dan Arlan sama-sama melotot, namun Alika yang tidak sengaja melihat papan nama di meja Arlan langsung mematung. Bibirnya seketika terjatuh dari tempatnya, ia melongo. "A-anda Pak Arlan?" Tanya Alika gemetaran, sumpah demi apapun ini lebih mendebarkan ketimbang lihat adegan kecup-kecup manja di dalam Drakor. Otak Alika memang sudah tak suci. Arlan mengeraskan rahang, melangkah cepat kearah Alika membuat gadis itu langsung mundur, menciut. "Kamu yang tadi kurang ajar sama saya kan? Yang dorong saya trus injak pant-- ah! Itulah pokoknya!!" Arlan mengusap kasar wajahnya membuat Alika hanya bisa meringis antara mau nangis dan ngompol. "I-itu anu..." "Ngapain kamu berani temui saya? Cepat keluar!!" Bentak Arlan menunjuk pintu. "P-pak yang tadi anggap aja gak pernah terjadi ya, pliss Pak maafin saya!!!" Paniknya sambil menggapai lengan Arlan namun naasnya langsung ditepis. "KELUAR!!" "Pak maafin saya, saya janji gak bakal ngulang lagi deh!!" Heboh Alika makin menempel pada tubuh Arlan, kalo diliat dari dekat ternyata Arlan memang ganteng banget. 'Yaampuuuunn mirip Kang Chul!' Alika yang mulai berimajinasi ria. "Ngapain sih kamu kesini? Cepat pergi atau mau saya panggilkan satpam sekarang juga?!" Ancam Arlan tak main-main. Alika jadi mencuatkan bibir, dengan gondok ia merogoh kertas dari dalam tasnya dan menyerahkannya ke hadapan Arlan. Pemuda itu awalnya mengernyit, namun tetap membaca isi surat tersebut. Dan tak lama surat tersebut langsung terjatuh, Arlan melongo syok. "Kamu artis? Seriusan?" Alika spontan saja mendelik, masa sih dirinya yang secantik dan seimut ini tidak pernah dilihat oleh Arlan di layar TV. "Iyalah! Saya mah sering mejeng di TV, masa Bapak gak pernah lihat saya sih!" Sombongnya menepuk d**a. Arlan mengangkat alis kirinya, "gak tuh." Alika menggeram, ganteng-ganteng tapi gak punya TV nih pasti! "Ck, intinya kan saya memang datang kesini untuk bekerja, pliss lah Pak jangan bawa-bawa masalah pribadi ke urusan pekerjaan." "Saya bukannya gak profesional ya, tapi kelakuan kamu tadi pagi benar-benar gak ada attitude sama sekali!!" "Trus kelakuan Bapak sendiri gimana? Bapak juga yang awalnya tabrak saya trus gak mau minta maaf, udah gitu Bapak juga dorong saya ke tembok. Kalo ada yang mau dipermasalahin, oke! Ayo kita ke ruang CCTV sekarang juga!!" Alika merasa benar kok, jadi ngapain takut. Arlan langsung kicep, merasa tertohok. Pemuda itu mengusap kasar rambutnya, wajahnya sudah sangat mengenaskan karena seperti mau marah, kesal, malu, trus ada percikan gengsi-gengsinya. Rasanya ah mantap pokoknya! "Gimana? Mau di lanjut atau di stop nih Paaaak???" Tantang Alika sudah tersenyum pongah tak karuan. Arlan memejamkan matanya, nampak tak rela. "Hm, kita anggap saja kejadian tadi pagi tidak pernah terjadi." Putusnya dengan setengah hati. "NAH BEGITU DONG!!!" Pekik Alika spontan membuat Arlan langsung menutup telinga nya, sumpah yha tuh badan kecil-kecil kenapa suaranya bisa ngalahin geledek sih! "Tapi ada satu syarat." "Apaan?" Arlan di balik wajah datar nya ternyata sedang tersenyum licik, "kamu harus dapatkan kembali dana yang sudah di tarik oleh pihak investor." "Ha? Lo-lo-lo kok saya? Apa-apaan nih!!" Protes gadis itu jadi tak terima. "Kenapa emangnya? Kan ini memang pekerjaan kamu, atau ... kamu memang tidak niat bekerja?" Arlan mengangkat sebelah ujung bibirnya, memandang remeh Alika. "Hm, iyasih. Aktris terkenal kayak kamu pasti bekerja begini cuma untuk main-main aja, saya gak heran." Arlan langsung membalik tubuhnya, melangkah ke meja kebesarannya. Alika mengepalkan kedua tangannya dengan erat, bibir mungil nya sampai menggeram tak karuan. "Oke, besok carikan waktu untuk saya bertemu pihak investor. Saya akan membuat Bapak jilat ludah sendiri!!!" Alika langsung membalik tubuh dengan emosi yang membuncah, begitu sampai di pintu ia menyempatkan berhenti sejenak. Menoleh kearah belakang. "Dan juga, saya bekerja disini bukan untuk main-main!!!" BRAK! Arlan memandang kepergian gadis itu dengan wajah datar nya, memutar-mutar bolpoin yang ada di jari kanan nya dengan senyuman miring. "Halah preketek!" *** "Kamu mau kemana?" Begitu Alika membuka pintu, Aldo ternyata sudah stand by di teras rumahnya dan menghadangnya. "Loh? Kok kamu disini?" Kaget gadis itu menatap heran Aldo. Pemuda berjaket levis over size dengan celana jeans baret hitam itu menatapnya lurus, "aku mau ajak kamu jalan-jalan, mumpung hari ini jadwal kamu kosong." "Tumben." Celetuk Alika jadi mengernyit, "biasanya juga aku ajak jalan-jalan kamu selalu ogah!" Imbuhnya, sekedar info selain menjadi manager Aldo adalah tetangga sekaligus teman kecilnya, jadi tidak heran keakraban keduanya tampak begitu alami. "Mumpung aku mau, yaudah ayo kita jalan-jalan hari ini!" Aldo tiba-tiba menyeret tangan mungil Alika, kebiasaannya yang sangat menyebalkan menurut Alika. "Gak bisa! Besok-besok aja deh!" Tolak Alika menepis cekalan Aldo. Pemuda itu terkesiap kaget, karena baru pertama kali mendapat penolakan dari gadis ini. "Aku ada urusan." "Apa?" "Eum, ada lah pokoknya. Nanti kalo udah selesai aku jelasin deh." Karena Alika juga bingung mau jelasin bagaimana. "Apasih? Aku harus ikut kalo gitu!" "Aduh jangan deh Do, beneran suer gue bisa selesain sendiri kok!" Bujuk Alika masih ngotot. Aldo menghela napas, terdiam sejenak seperti merenung. "Hm, yaudah tapi kamu harus tetap hati-hati, kalo ada apa-apa langsung hubungi aku!" Tegasnya. Alika tersenyum lebar, mengangkat tangan untuk memberi hormat. "Yaudah yha aku berangkat dulu, dadah muaaah!!!" Alika melenggang sambil melambaikan tangan kecentilan. "Sebentar!" Alika mengernyit, Aldo melepas jaket dan topinya. Memakaikannya pada tubuh mungil Alika membuat penampakan gadis itu makin mirip orang-orangan sawah. "Biar gak ada yang ngenali kamu." Alika makin melebarkan senyumannya, tanpa diduga ia menarik lengan Aldo dan mencium pipinya. "Utututuuu emang managerku ini yang paling debes deh!!" "Udah-udah sana cepetan pergi!!" Dorong Aldo membuat Alika langsung mendelik, melenggang sambil menghentak-hentakkan kaki. Setelah kepergian Alika pemuda itu terkekeh pelan, mengusap sekilas pipinya dengan kilatan tak terbaca. "Dasar!" Aldo menggeleng pelan. *** "Saya ingatkan sekali lagi, di dalem nanti tolong jangan buat masalah!!" Alika mendengus kesal, "iya-iya Pak! Tanpa Bapak ingetin juga saya udah ngerti!" Ucapnya benar-benar jengkel. Arlan menarik napas dalam, "awas kalau kamu sampai mengacaukan semua!" Ancam nya saat ia mulai membuka pintu berbahan kaca di depannya. Alika cuma menguap malas, sambil mletot-mletotin bibirnya meniru gaya Arlan. Nih laki-laki cerewetnya udah ngalahin Emak-emak yang lagi ngerumpi aja. Setelah sampai di dalam gadis mungil itu agak tersentak saat melihat dua orang di depannya, namun sebisa mungkin ia kembali menormalkan ekspresinya. "Hallo Mr, how are you?" Lelaki paruh baya di depannya mengangguk sekilas membalas sapaan Arlan. "I'am fine." Arlan dan Alika duduk sopan di depan Jonathan, Alika langsung tersenyum tipis. "Hallo, perkenalkan saya Alika." "Iya, saya juga sudah kenal. Kamu kan artis yang sedang booming-boomingnya." Jelas lelaki paruh baya di depannya dengan cepat, lalu merangkul bahu seorang anak kecil di sebelahnya. "Saya mau menuruti undangan Pak Arlan karena Putra saya ini sangat menyukai kamu." Jelas lelaki berwajah blasteran itu. Alika mengerjap, buru-buru tersenyum ramah kearah bocah kecil di depannya. "Hay boy, whats your name?" Bocah laki-laki berambut pirang di depannya itu dengan semangat membentuk pola dengan kedua tangannya membuat Arlan dan Alika seketika terperanjat, tak bisa menutupi rasa kaget nya. Jonathan tersenyum getir, "dia bisu sejak lahir." Arlan langsung mengatupkan rapat bibirnya, ia tebak pasti pertemuan kali ini akan gagal total. Argh! Arlan sudah putus asa duluan. "Maaf karena membuat kalian kaget, biar saya terjemahkan--" "Eh tidak perlu!" Alika mengangkat tangannya, mencegah cepat. Semua orang menatap serentak kearahnya. "Tidak perlu diterjemahkan, saya mengerti kok." Alika kemudian membuat pola-pola abstrak di udara yang langsung dibalas semangat oleh bocah laki-laki di depannya. Jonathan dan Arlan tercengang takjub. "Oh, nama kamu Niche?" Bocah itu mengangguk antusias, langsung berlari dan memeluk tubuh Alika. Tak lama ia kembali menggetakkan-gerakkan tangannya. Alika mengangguk, merogoh HP nya membuat Arlan cuma membeo tak paham. "Pak tolong potoin." Pintanya sambil menyerahkan HP kearah Arlan. Arlan mengerjap, buru-buru menerima sodoran HP Alika. Dengan cepat Arlan mulai memotret keduanya, Niche makin terlihat sumringah bahkan sampai bertepuk tangan dan melompat-lompat. "Saya sungguh berterimakasih atas semua yang kamu lakukan kepada Putra saya." Ucap Jonathan bersungguh-sungguh. Alika tersenyum tulus, mengelus lembut surai halus Niche. "Tidak perlu berterimakasih seperti itu, saya juga merasa senang kok." Jonathan menyunggingkan senyum bahagia, "karena saya sangat puas dengan pelayanan kamu, saya akan meneruskan kerja sama dengan perusahaan ini." Arlan dan Alika terdiam, Jonathan mengulurkan tangan. "Mari kita bekerjasama Pak Arlan." Arlan benar-benar kaget, secara reflek membalas uluran tangan Jonathan. "B-baik, terimakasih banyak Pak." Jonathan hanya mengangguk pelan, selanjutnya membawa pergi anaknya. Meninggalkan Arlan dan Alika berdua di ruangan itu. Keheningan sempat melanda beberapa saat, sampai Alika perlahan memutar kepala menatap Arlan. Gadis itu tersenyum culas. "Ada komentar?" Godanya memainkan alis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN