Part 03: Hari Pertama Bekerja

1846 Kata
Saka's Group pagi ini tampak begitu ramai, bahkan bisa dibilang heboh. Semua karyawan baik dari lantai dasar sampai lantai paling atas berbondong-bondong siaga di depan kantor. Tak lain dan tak bukan cuma untuk menyambut kedatangan si aktris yang lagi tenar-tenar nya, Alika. "Waaah gelaseh kalau aku bisa salaman pasti aku gak bakal cuci tangan seumur hidup." Dwi tampak tersenyum mirip p*****l. "Dih jorok!" Sinis Melodi yang berada disebelahnya. "Masa kalo habis cebok gak cuci tangan? Hidup lo emang kuman banget!" Lanjutnya mencibir sarkas. Dwi tak mengindahkan, bahkan lelaki muda itu sekarang sudah asik mengoleskan gel ke ramputnya dengan sangat banyak membuat keklimisan rambutnya tampak mengkilap tersinari cahaya matahari. Melodi mendelik, ingin melayangkan tinjuan namun sebuah tangan menahannya. "Keep calm baby, kamu kan girl harus anggun dong!" Jeremy tersenyum buaya, lelaki bule itu memang sangat jago ngegombal. "Diem lo bule nyasar!" Umpat Melodi sambil menyikut perut Jeremy membuat lelaki itu langsung meraung ngilu. "Kok gini amat yha idup gue, punya temen gak ada yang waras." Keluh Melodi dengan wajah sengsara yang sungguh-sungguh. "Gue gak denger, soalnya lagi ngaca." Ucap Dwi yang masih sibuk bercermin sambil cengar-cengir. "Gue sih gak paham, soalnya gue ganteng." Jeremy bersiul sambil mengusap jambul rambutnya ke atas dengan wajah tengil. Melodi menggeram berang, apa salah dan dosanya sih sampai dikaruniai dua cecunguk mirip kecebong begini coba?! "Helo-helo-helooo sahabatkuuuu, assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh!!!" Melodi tepok jidat, hampir saja ia melupakan temannya yang ini. "Eh eh gak jawab, dosa-dosa!!!" "Waalaikumsalam." Jawab semuanya lempeng. "Yang lengkap dong!!" "Waalaikumsalam warahmatulahi wabarakatuh." Rere tersenyum cengengesan, kemudian tak lama ia mengangkat payung di tangannya. Melodi mengernyit kebingungan, pliss deh sekarang itu gak hujan. "Biar kulit kita bisa splendid apa itu--" Rere nampak berpikir keras, "ah belibet, pokoknya biar GLOWING!!" Koarnya kini sudah mendempet-dempet kearah ketiga sahabatnya dengan payung yang sudah direnggangkan. Jeremy dengan semangat berjongkok mendempet ke Rere sedang Dwi yang masih tampak sibuk dengan kacanya. Tak ayal semua orang menatap mereka dengan pandangan aneh. Melodi meringis kaku, yang edan ketiga temannya tapi yang malu dirinya. Nasib-nasib... Mobil Lamborghini dengan tipe LP 700-4 (coupe) berhenti di halaman kantor, spontan saja semua orang secara serempak melongo takjub. Pintu terbuka, keluarlah seorang gadis cantik memakai kacamata hitam dan tas mini. "Dih alay!" Cibir Aldo yang melihat Alika sudah bergaya ala di red karpet. Alika melengos bodo amat, kini dengan gaya sok artisnya ia sudah melambai-lambai dengan tubuh melenggak-lenggok anggun, kaum pria sudah sibuk jejeritan tak karuan. "Wohoooo kenapa jantungku jedag jedug!!!" "Calon istriku, calon ibu dari anak-anakku!!" "Sarangbeooooo!!!" Alika tersentak, memutar arah menghadap lelaki yang meneriaki nya paling akhir. Gadis itu kemudian mendongak, membuat semua orang kebingungan. "Sarangheo bukan sarangbeo sayangku~" Ralatnya dengan suara dibuat semanis mungkin. Lelaki tadi langsung pingsan mimisan. Aldo mendecak, menyeret tangan Alika membuat kaum hawa memekik serempak karena baru menyadari ada lelaki tampan. Ini kantor lama-lama jadi tempat fan meet. "Aaaa Aldo sakit tau, jangan suka tarik-tarik gitu dong! Aku kan juga malu kalo dilihatin fans ku!!!" Alika menghentak tangan Aldo saat sampai di tempat sepi, sepertinya ia harus sedikit lebih tegas pada lelaki ini agar tidak kebiasaan menyeretnya kesana-kemari sesukannya. Aldo terdiam, menatap lurus manik mata Alika. Tak lama suara helaan napas terdengar pelan, "hm, maaf kalo aku udah kurang ajar. Lain kali aku gak bakal narik kamu sembarangan." Alika jadi tersentak, merasa tidak enak. "Mmm ... maksud-" "Sekarang kita harus ke ruangan Pak Arlan, ayo." Sela Aldo sambil berlalu melewati Alika, gadis itu jadi menurunkan wajah. Alika memajukan bibir bawahnya sambil mengikuti langkah Aldo, sepanjang jalan ia sudah mencoba menoel-noel pinggang Aldo tapi sama sekali tidak digubris. Padahal biasanya Aldo akan langsung marah atau memperingati nya, aaah! Dirinya jadi takut kan kalo didiemin gini. Tok Tok Tok! "Masuk!" Aldo kini menoleh ke belakang, menatap Alika yang sudah berkedip-kedip memasang puppy eyes menggelikan. "Kamu masuk duluan, aku dibelakang." Ucap Aldo datar membuat Alika jadi terkesiap. Yaaah gagal. Gadis itu menarik napas dalam, perlahan membuka pintu di depannya dan melangkah dengan lunglai. Arlan nampak fokus menunduk sambil mengetik, kacamata bening menghias indah di wajah tampan nya. "Selamat pagi Pak." "Hm." Arlan masih tak mengalihkan wajahnya membuat Alika sudah menggeram gregetan, cuih! Nih orang emang songongnya gak ketulungan yha! "Kami datang untuk membicarakan kembali tentang kontrak kerjasama kita." Aldo menerangkan lugas. Arlan langsung menghentikan gerakan jarinya, menegakkan punggung sambil melepas kacamatanya. "Duduk!" Titahnya singkat. Aldo dan Alika langsung duduk di depan Arlan, Arlan memijit singkat pangkal hidungnya kemudian meraih map merah yang berada di laci meja paling atas. "Silakan dibaca." Ucapnya sambil menaruh map tersebut ke depan Aldo yang langsung diangguki Aldo. Alika yang tidak terlalu mengerti tentang kontrak kerja atau segala t***k bengek nya memilih sibuk menatap wajah Aldo dari samping. Bahkan sesekali senyum cantiknya mengembang saat Aldo berusaha menyingkirkan tangannya yang sedang menoel-noel pipi Aldo. Arlan menatap datar keduanya, dasar pasangan menggelikan! "Baik, saya setuju. Alika akan bekerja tiga bulan di kantor ini sebagai sekertaris Anda." "WHAT?!!" Aldo dan Arlan menoleh kaget, Alika sedang megap-megap dengan wajah yang tak bisa dijabarkan. "Aku?! Jadi sekertaris Anda? Gak salah?!!" Koarnya melengking. Arlan mengangkat sebelah alisnya, tersenyum miring. "Hm, nggak." "Yang bener aja!!" "Memangnya kenapa?" Aldo angkat suara, "memang harusnya kamu jadi pegawai finance tapi kebetulan kemarin sekertaris Pak Arlan mengundurkan diri dan belum ada yang mengganti. Jadi apa salahnya kalo kamu jadi sekertaris Pak Arlan?" SALAH BUANGET! Alika tak bisa meluapkan isi hatinya karena melihat wajah Aldo yang mulai mengeruh, ah pasti lelaki ini mulai kesal lagi dengan dirinya. Tidak-tidak! Dirinya tidak akan membiarkan Aldo marah lagi padanya. "A, ouh ... hmm nggak- ... nggak salah kok hehe aku cuma kaget aja, iya kaget!" Gagapnya belibet sendiri. Aldo hanya menghela napas pelan, "yasudah sekarang tanda tangan." Alika mengkeret kecil, agak enggan saat harus menandatangani kontrak kerja sama ini. "Jadi Alika akan menjadi brand ambassador kalian selama tiga bulan ke depan." Aldo mengucapkannya sambil menyerahkan balik berkas ditangannya. Arlan tersenyum puas, berbanding terbalik dengan Alika yang sudah amburadul tak karuan wajahnya. "Kalau begitu saya pamit dulu, terimakasih atas kerja samanya." Pamit Aldo membuat Alika langsung ikut berdiri. "Kamu mau kemana?" Tanya Arlan menatap Alika. "Pulang lah Pak." "Sayangnya gak bisa." Arlan bertopang pipi menggunakan sebelah tangan kirinya. "Maksudnya?" Arlan tersenyum culas, "kamu akan mulai bekerja hari ini, aah ... tepatnya detik ini juga." Ucapnya dengan nada terlampau menyebalkan. Alika jelas tercengang cengo, namun segala cacian dan makian yang sudah ia susun di benaknya harus kandas saat suara Aldo terdengar menyela. "Baik, Alika akan mulai bekerja sekarang." Arlan tersenyum puas. Aldo menoleh kearah Alika, "kamu kerja yang bener, aku pergi dulu." Pamitnya membuat Alika jelas tersentak kaget. "E-eh aku ditinggalin?!!" "Iyalah, kamu sudah gede masa harus ditemenin terus. Yah meskipun badan kamu masih kayak bocah sih." Ujar Aldo terlampau jujur. Arlan membekap mulutnya menahan tawa. "Tap--" "Aku pergi, kerja yang bener." Pesan terakhir Aldo sebelum melenggang pergi, meninggalkan Alika dan Arlan di satu ruangan berduaan. "Kamu!" Panggil Arlan membuat bulu disekujur tubuh Alika meremang, dengan ekspresi gemetar gadis itu pelan-pelan menoleh kearah Arlan. Ia bisa melihat kalau Arlan tengah menyunggingkan smirk mencurigakan. "Selamat datang sekertaris baru." *** "L-loh ruang meeting?!" Kaget gadis berwajah imut itu memekik tertahan. Arlan yang hendak membuka pintu jadi terhenti, menoleh kearah Alika. "Kamu bisa gak sih yang anggunan dikit, jangan norak." Alika merengut tajam. "Saya tuh cuma syok masa baru hari pertama kerja udah ke ruang meeting aja. Saya kan gak ada persiapan!" Arlan menghela napas kasar, membalik badan seutuhnya menghadap sekertaris barunya. "Kamu niat kerja gak sih?" "Niat lah!" "Kalo gitu diem, jangan kebanyakan ngomong. Saya paling benci sama orang yang kebanyakan ngomong gak guna!" Tegasnya dengan wajah serius, Alika langsung terkesiap kaget. Entah kenapa gadis ini jadi agak mengerut takut. "Kamu di dalam diam saja, saya yang akan handle semuanya." Arlan kini kembali membalik badan, tanpa menunggu jawaban Alika ia langsung membuka pintu di depannya dan melangkah masuk dengan penuh percaya diri. Alika yang sedang berkomat-kamit menyerapah terpaksa harus mengatupkan bibirnya diam, menarik napas dalam sebelum dengan pembawaan anggun mengikuti langkah Arlan. Wajah selengekan dan bodohnya berubah total menjadi tatapan datar yang begitu meresapi aktingnya. Mata bulatnya sempat melebar saat melihat keadaan di dalam ruangan ini namun sebisa mungkin ia berusaha tetap menjaga ekspresi wajahnya. Waah gila kenapa gue deg-degan anjir! Tatapan kaget, bingung, dan aneh bercampur aduk dilemparkan orang-orang kearahnya. Alika mendekat kearah Arlan, kini ia berdiri di sebelah pemuda itu membuat jomplang tinggi keduanya sangat ketara. "Perkenalkan ini sekertaris baru saya!" Ucap Arlan datar namun tetap berwibawa. Alika mengerjap cepat, buru-buru menegakkan punggung. "Perkenalkan saya Alika, sekertaris baru Pak Arlan." Ucapnya berusaha tidak terlihat grogi. "Eh kamu artis bukan?" "Iya jelas aja saya kayak pernah lihat di mana gitu." Sahut yang lainnya dengan semangat. "Waah kamu yang membintangi film yang nge trend itu kan?!" Heboh yang lain ikut nimbrung. Alika hanya bisa meringis kebingungan, ya bingung lah harus ngerespon apa. Memang yha, susah jadi artis terkenal macam nya! "EKHEM!" Semua orang langsung diam kaget, Arlan menatap datar dengan sorot tajam. "Apakah masih ada yang mau bicara? Kalo ada, saya akan pergi sekarang. Karena saya paling tidak suka sama orang-orang yang banyak omong!" Sarkas Arlan membuat yang lain tak berani buka suara lagi. "Baik presentasi akan saya mulai!" Ucap Arlan lalu berjalan kearah proyektor, mulai menjelaskan dengan lugas dan tegas. Untuk sesaat Alika bahkan sampai terkesima. Ya ampun sadar Ka! Jomblo sih jomblo tapi masa sama titisan setan gini bisa terpukau sih! --Alika yang sedang mencoba menyadarkan diri. "Ka." "Ka." "ALIKA!!" Alika langsung mencelat kaget, semua orang tak terkecuali Arlan menyorot tajam pada nya. "Fo-kus!" Peringat Arlan dengan rahang mengeras. Alika hanya bisa tersenyum kikuk, bisa-bisanya ia jadi bengong begini. Ini nih efek kelamaan ngejones! "Baik penjelasan saya cuma sampai disini, apa ada saran atau kritikan?" Arlan mengedarkan pandangan. Semua orang menggeleng serempak, masalahnya siapa sih yang berani ngritik anak pemilik perusahaan, lagian Arlan ini orangnya terlalu perfectionist dan workaholic jadi sekali ada yang mengalahkannya ia akan berdebat sampai menang. Intinya ia tidak mau kalah. "Perkiraan kamu terlalu tinggi!" Semua orang menoleh kaget, menatap tak menyangka saat seorang lelaki berwajah dingin berjalan masuk dengan seorang sekertaris mengawal di belakangnya. "Taksiran kamu meleset jauh, harga juga belum bisa dijangkau semua kalangan. Presentasi hancur seperti ini tidak ada yang mengkritik?" Agam menatap seluruh jajaran petinggi yang sejak awal sudah mengkeret kini makin mengkeret ketakutan. "Benar-benar tidak profesional!" "Harga segini termasuk terjangkau bila kita lihat kualitas produk yang perusahaan kita miliki!" Sahut Arlan jadi menegang. Agam menatap Putra sulungnya datar, "kualitas produk apa yang kamu bicarakan? Ini produk baru, belum punya nama baik di masyarakat. Sebagai seorang pengusaha seharusnya kamu tahu konsekuensi bila menetapkan harga mahal, produk kamu tidak akan laku di pasaran. Lalu kualitas yang bagaimana yang mau kamu pamerkan?!" Agam menembak telak. Arlan langsung merengut gondok, ck! Bapak-bapak satu ini makin menjengkelkan saja!! "Sana kembali ke ruangan kamu, perbaiki lagi kesalahan fatal kamu ini!" Titah Agam mengusir sarkas sambil duduk di kursi pemimpin. Arlan menggeram, dengan kesal berbalik pergi meninggalkan ruangan. Namun langkah kakinya terpaksa harus terhenti di ujung pintu saat menyadari ada yang ketinggalan. Alika kemana?! Arlan jadi menoleh seutuhnya, dan mulutnya reflek ternganga jatuh saat melihat kelakuan sekertaris barunya itu. "Bapak keren banget, boleh kenalan?" Alika yang lagi modus ke Agam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN