Bab 4

1080 Kata
"Karena ada Papa." Jawab Amel seraya mengalungkan kedua tangannya pada leher Bian, membuat Bian kaget. "Kamu… Amel langsung menutup bibir Bian, dengan menggunakan satu jarinya, hingga membuat Bian langsung terdiam karena tidak bisa melanjutkan kalimatnya yang Amel sendiri juga tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Bian. Bian sangat syok melihat sikap santai Amel terhadap dirinya, saat dirinya bersikap agresif, karena sebelum-sebelumnya Bian selalu melihat wajah ketakutan dari Amel, tapi kali ini Amel terlihat sangat santai. "Papa tidak perlu bertanya apa yang aku lakukan, apalagi terkejut melihat sikapku Aku. Aku tidak akan menyesal dengan keputusanku. "Ujar Amel yang membuat kening Bian langsung berkerut. " Kenapa kamu terlihat santai dan tidak merasa menyesal Jika kamu salah mengambil keputusan? “tanya Bian meski Amel sebelumnya sudah memberitahu agar Bian tidak perlu banyak bertanya. ” Karena ada Papa. Jadi untuk apa aku menyesal dengan keputusanku kalau masih ada Papa.” Ujar Amel yang membuat Bian merasa bingung akan jawaban Amel. "Apa maksud kamu?" Tanya Bian. Mendengar pertanyaan Bian, Amel melepaskan tangannya, dan berdiri, hingga dengan refleknya Bian juga sedikit menjauhkan wajahnya, dan mereka saling bertatapan untuk saling mendengarkan perkataan satu sama lain. ” Kalau memang aku salah mengambil keputusan, itu berarti penilaian Papa yang tepat. Tapi, kalau aku tidak salah mengambil keputusan, berarti penilaian Papa terhadap Kak Angga lah yang salah. Dan kalau memang Papa salah menilai Kak Angga, Aku minta Papa tidak perlu ikut campur masalah Rumah tanggaku. Tapi kalau memang penilaian Papa tepat, dan aku salah mengambil keputusan, maka aku akan lari pada Papa. Jadi aku tidak akan menyesali keputusanku karena masih ada Papa. “Ujar Amel panjang lebar, membuat Bian langsung membalikkan badannya dan mengusap wajahnya secara kasar lalu membawa langkahnya keluar dari rumah Angga dengan membawa sejuta kekesalan. Selepas kepergian Bian, Amel tersenyum sinis, sambil bersedekap d**a memandang pintu rumah. Amel tetap berdiri di ruang tamu, hingga Amel mendengar suara mobil Bian mulai meleset dari rumah Angga. Keesokan paginya, Amel bangun dari tidurnya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Angga, Apakah Angga akan sarapan di rumah atau tidak, karena kalau Angga tidak sarapan di rumah Amel tidak mau repot-repot masak pagi, atau malah nantinya Amel terlanjur masak banyak tapi Angga tidak makan di rumah. Jadi akan lebih baik menurut Amel bertanya lebih dulu pada Angga, Apakah Angga pulang atau tidak. Amel berulang kali menghubungi Angga, sayangnya panggilannya tidak diterima oleh Angga, membuat Amel sedikit risau, takut terjadi sesuatu pada Angga. Ternyata Amel tidak putus asa. Amel kembali mengulang untuk menghubungi Angga, hingga panggilan yang kesekian kalinya, Angga baru menerima panggilan dari Amel. Sayangnya Amel dibuat terkejut karena orang yang menerima panggilan darinya itu bukan angka sendiri, melainkan suara seorang wanita. Amel langsung menekan dadanya dengan begitu kuat dan mencoba untuk menahan air matanya serta mencoba untuk menahan pikiran-pikiran buruk yang tengah memenuhi otaknya. Baru saja Amel menyiapkan diri untuk bertanya Siapa wanita yang menerima panggilan darinya, yang seharusnya yang menerima panggilan darinya itu adalah suaminya, yaitu Angga, tapi tiba-tiba panggilan berakhir. Amel hanya bisa Menatap layar ponselnya yang sudah perlahan mulai gelap, dan hanya sekali kedipan mata, wajah Amel sudah ditetesi oleh air matanya. “Tidak mungkin aku salah mengambil keputusan, dan pasti papa yang salah menilai Kak Angga. "Gumam Amel pelan, mencoba untuk tetap berpikir positif, dan sekalipun ia mendengar suara seorang wanita yang berasal dari ponsel Angga, Amel tetap menganggap kalau penilaian Bian lah yang salah, dan Tetap berharap seterusnya penilaian Bian terhadap Angga itu salah. Amel kembali mencoba untuk menghubungi nomor Angga, barangkali yang menerima panggilan darinya itu adalah wanita yang tadi, maka Amel akan bertanya langsung pada wanita itu Siapakah wanita itu bagi Angga hamil ingin menghapus pikiran kotornya, dan ingin tahu langsung dari wanita itu Apa hubungan antara wanita itu dengan Angga. Untuk panggilan yang pertama, hasilnya nihil. Panggilnya tidak diterima. Amel kembali mencoba untuk menghubungi yang kedua kalinya, dan tetap aja tidak diterima. Cukup lama Amel diam dan tidak lagi melakukan panggilan pada Angga, hingga beberapa menit lamanya, Amel kembali menghubungi nomor ponsel Angga. “ Ada apa? “ tanya Angga dengan nada datarnya seperti biasanya, membuat Amel langsung memejamkan matanya karena ternyata yang menerima panggilan darinya itu bukan wanita yang tadi. ” Kalau tidak ada keperluan Aku tutup dulu teleponnya, karena aku ada rapat pagi. "Ujar Angga cepat, karena Angga mengira Amel tidak memiliki kepentingan apapun terhadap dirinya. Amel yang mendengar Kalau Angga akan melakukan meeting pagi terpaksa harus menunda pertanyaannya, untuk bertanya Siapakah wanita yang tadi menerima panggilan darinya, karena Amel tidak ingin mengganggu pekerjaan Angga. "Ya sudah, kalau memang Kak Angga lagi sibuk. Nanti kabari aku Kalau Kak Angga akan pulang, karena aku akan menyiapkan makanan buat Kak Angga. “Ujar Amel mencoba untuk tetap bersikap tenang, dan menggunakan suara lembutnya seperti biasanya, dan kali ini Angga hanya menanggapi kalimat Amel hanya dengan deheman saja. Panggilan pun berakhir, dan Amel mencoba untuk tetap tenang dan berpikir positif. Amel yakin, wanita itu bukan siapa-siapa Angga, atau bisa saja itu rekan kerja Angga yang tidak sengaja menerima panggilan masuk darinya. Amel akan mencoba untuk menunggu sampai Angga pulang, dan bertanya nanti pada Angga Siapa orang yang menerima panggilan darinya. Penantian Amel untuk menunggu kepulangan Angga pun sudah tiba, dan Angga juga sudah memberi kabar kalau ia akan pulang. Hari ini Angga pulang lebih awal, entah apa karena Angga capek karena semalam ia lembur atau karena memang pekerjaannya sudah selesai lebih dulu, Amel juga tidak tahu, yang jelas sekarang Angga sudah ada di rumah. Karena Amel belajar untuk menjadi wanita yang pengertian, atau menjadi seorang istri yang penuh pengertian Terhadap Suami, Amel tidak langsung bertanya Siapa wanita yang menerima panggilan masuk darinya tadi pagi. Amel mencoba untuk melayani Angga untuk mandi, bahkan sampai makan malam, baru setelah itu Amel mencoba untuk bertanya Siapa wanita yang menerima panggilan darinya tadi pagi. “ Kak Angga Sudah ngantuk? Sudah mau istirahat? "Tanya Amel saat melihat Angga mulai naik ke atas ranjang. " Kenapa? "Tanya Angga. "Aku cuma mau bicara sebentar saja.” Kata Amel. “ Katakan saja apa yang ingin kamu katakan, ujar Angga. "Kak, boleh aku tahu siapa yang menerima panggilan dari aku tadi pagi? Tadi pagi aku menghubungi Ke Angga, tapi yang nerima itu cewek. Siapa dia? "Tanya Amel dengan nada pelannya, mencoba untuk tidak berpikiran aneh-aneh atau menuduh Angga yang tidak tidak. Jadi Amel tetap menggunakan nada suara yang sangat lembut, agar tidak memancing emosi Angga juga, terlebih Angga juga baru pulang kerja. "Yang tadi pagi?" Tanya Angga. "Iya tadi pagi. Dia cewek. Siapa dia?" Jawab Amel yang diakhir oleh kalimat tanya. "Oh, dia. ..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN