Shilla beberapa kali terbangun dari tidurnya. Dan, masih belum ia lihat keberadaan Lio di kamar hotel. Bahkan hingga jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Lio masih belum kembali juga. Shilla menghela napasnya. Bingung, antara menghubungi Lio atau, tidak. Bagaimana pun, Lio adalah CEO-nya. Jadi, salah satu tanggung jawabanya adalah, memastikan keamanan Lio. Tapi sebagian hatinya merasa enggan, untuk menghubungi CEO-nya itu. Suara pintu dibuka, terdengar. Shilla berpura-pura memejamkan matanya. Namun ia menajamkan pendengarannya, untuk mengetahui gerak-gerik dari orang yang masuk ke kamarnya. Terasa gerakan di ranjang. Tepatnya, di samping Shilla. Seseorang, duduk di sana. Hampir saja, Shilla membuka matanya karena kaget kepalanya diusap dengan lembut. Andai suara Lio, tak terdengar ole