BAB 22

1733 Kata

Aku melihat dua ekor ayam betina di dalam sangkar sempit. Mereka saling berhadapan dengan kedua sayap terkembang seolah sedang bersiap untuk berperang. Paruh keduanya diangkat tinggi-tinggi dengan kilatan mata saling beradu pandang. Salah satu ayam betina yang lebih kecil tiba-tiba maju lebih dulu, mematuk kepala lawannya lalu berkokok nyaring ketika lawannya tersungkur jatuh. Ayam betina yang dipatuk terkulai di tanah tak berdaya dengan mata terpejam. Darah segar mengucur dari kepalanya lalu tubuhnya mulai mengejang sebentar dan tak bergerak lagi. Ayam betina itu telah mati, menyisakan ayam betina yang satu lagi. Sendiri. "Renata! Renata!" Aku membuka mata dengan segera. Basah. Mataku terasa sembab seolah baru saja meneteskan air mata dalam jumlah yang bisa dibilang tidak sedikit. Cah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN