BAB 23

1885 Kata

Aku tidak ingin percaya kalau Amanda sudah tiada. Sepucuk surat beramplop biru dengan tulisan Amanda itu bukanlah bukti konkret tentang kematiannya. Pasti ini hanyalah kebohongan lain yang orang tuaku siapkan agar aku bersimpati atau menyesal karena tidak bersedia menolong kakak perempuanku itu. "Papa bohong 'kan?" tanyaku tidak percaya. Papa menatapku sendu lalu menggeleng dengan yakin. "Tidak, Sayang. Amanda memang sudah meninggal dunia." Aku ternganga. Shock untuk kesekian kalinya. Kematiannya sangat mendadak dan tidak terduga. Karena sebelumnya, aku mengira kalau akulah yang akan meninggal dunia lebih dulu. Memang, aku sempat berdoa agar Amanda tidak selamat, tetapi entah kenapa ulu hatiku terasa sakit. "Tapi, Pa. Kenapa bisa begini? Padahal Renata yang ingin mati lebih dulu agar k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN