Aku bermimpi indah, duduk di ruang makan yang besar, bersama dengan mama, Amanda dan papa. Kami tertawa sembari mengobrol penuh dengan canda-tawa. Tidak ada kesedihan, air mata ataupun gurat kecewa di wajah kami masing-masing. Semua orang terlihat bahagia. Sayangnya, itu tidak bertahan lama. Air mataku menetes saat melihat mama pergi, Amanda pergi dan tinggallah di meja makan hanya papa sendiri, menyantap makanan sederhana dengan piring berisi nasi dan tempe. Apa aku sudah mati? Aku berjalan menyusuri Lorong putih. Tidak ada apapun selain warna putih dan jalan setapak yang membawaku terus berjalan, dengan kedua kakiku yang entah bagaimana berfungsi kembali. Di jalan yang tidak yakin ada ujungnya, aku terus berkelana, menyusuri jalan yang mungkin akan membawaku pulang, entah pulang kepada

