“Selamat pagi …” Sapa Byan dengan senyum yang merekah begitu indah. Namun berbeda dengan Kasih. “Kamu benar-benar mengganggu!” Kasih berkata dengan nada ketus, dan ingin segera menutup pintunya, namun Byan menahannya dengan masih mempertahankan senyumnya walau kedatangannya tidak diharapkan oleh wanita itu. “Aku membawa bubur ayam untuk sarapan, aku kira kamu kesiangan karena biasanya lampu kamar kamu nyala setiap jam lima pagi, tapi tadi aku lihat sampai jam enam masih mati.” Ucap Byan lagi membuat Kasih mendelik tajam dan siap menyemprot pria itu lagi, namun Byan cekatan seolah memahami langsung apa yang ada di pikiran Kasih. “Sungguh … Aku tidak menguntitmu, Kasih. Aku melihatnya setiap pagi dari kamarku setiap aku membuka jendela.” Byan langsung memberikan pembelaannya. “Bunda,