Telepon dari Ervan berbunyi ketika Shila sedang menikmati makan malam dengan keluarganya. Telepon itu terus berdering tanpa henti. Sangat mengganggu. Seolah ada berita mendesak yang akan disampaikan. Perasaan Shila tidak enak. Tidak mungkin yang menelepon keluarganya. Mereka biasa menghubungi pagi-pagi atau siang. Kecuali jika ada kabar yang sangat mendesak. Tapi baru beberapa hari yang lalu Shila menelepon orangtuanya. Mereka sehat dan sedang sibuk mengurusi anggota baru di keluarga Fadhil. Mama sedang bahagia dengan cucu laki-lakinya yang pertama, anak ketiga Fadhil. "Coba kamu hamil lagi, Shil. Siapa tau laki-laki. Kayak Fadhil ini. Dua anaknya perempuan, yang ketiga laki-laki." Shila mendengus kesal. Sudah capek-capek dia menyusutkan tubuhnya hingga diperoleh bentuk badan ide