Matanya terus memandang ke arah pintu hitam yang tetap geming. Sudah berjam-jam dia duduk dalam posisi yang sama. Tanpa lelah. Tanpa tidur semalaman. Kantung matanya mulai menggantung, berwarna lebih gelap dari kulit wajahnya. Cangkir kopi dengan ampas yang mengendap di dasar tergeletak di meja kecil di samping kursinya. Bersama dengan asbak penuh abu dan puntung-puntung rokok. Suasana ruangan itu sedikit mencekam. Player yang memutar lagu-lagu instrumen kesukaannya sudah lama mati. Desing halus mesin pendingin ruangan adalah satu-satunya suara yang terdengar di ruangan itu. Bahkan dia seperti mati. Tak terdengar desah napas dari hidung atau mulutnya. Tak terlihat d**a yang naik turun, pun detak nadi-nadi yang berkejaran. Penantiannya akhirnya berujung. Handle pintu bergerak turun