Selama suaminya yang berkebangsaan Jerman ada di Indonesia, Hastuti tidak bertemu dengan Wijat sama sekali. Dia hanya sesekali menghubungi Wijat, itu pun ketika 'gaji' mingguan Wijat telat di transfer dan Wijat berkali-kali menghubunginya serta mengiriminya pesan bertubi-tubi. Suaminya tidak pernah lagi tinggal lama di Indonesia. Itu membuat Hastuti sering merasa sepi berkepanjangan. Suaminya hanya datang jika ada persetujuan yang harus ditanda tangani. Setelahnya, semua urusan lapangan diserahkan kepada kantor cabang di Jakarta. Tidak seperti tahun-tahun dulu saat dia masih menjadi pimpinan kantor cabang Indonesia, masih banyak waktunya yang dihabiskan dengan Hastuti. "Jadi kamu sudah punya perusahaan sendiri, heh?" tanya suaminya saat mereka selesai melepas rindu berkali-kali. L