Bilqis duduk dengan lesu di kasurnya. Bahunya melorot. Bibirnya tertekuk dalam. Dia mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Istri Jindan itu tidak merasa baik-baik saja semenjak mendapat telepon dari sang ibu, Nyonya Khadijah. Selama ini, Bilqis memang tidak terlalu memikirkan tentang kehamilan dan anak. Bilqis masih merasa enjoy dengan kehidupan pernikahannya yang baru seumur jagung. Umurnya masih dua puluh tiga tahun. Dia masih ingin pergi kencan dan bersenang-senang dengan suaminya. Dia masih ingin belanja ke mall atau sekedar membeli bensin bersama Jindan dan dilanjut duduk-duduk di alun-alun sambil makan pentol atau dadar gulung. Bilqis tidak pernah berencana untuk menunda. Jika memang dia diberi kepercayaan, Bilqis juga tidak akan menolak. Hanya saja, dia masih a